EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN

DALAM PROSES PEMBELAJARAN


OLEH

SAEFUL MA'MUN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer dari kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan alur dari perjalanan suatu bangsa menuju pada sebuah peradaban yang diidamkan-idamkan oleh semua umat manusia. Pendidikan merupakan upaya mendorong semua komponen masyarakat untuk komitmen dan konsisten dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah pun demikian harus komitmen dan konsisten dalam kebijakan sisitem pendidikan.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses yang melibatkan semua stakeholders dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan pada kenyataannya merupakan upaya yang tidak sederhana dan kompleks, melainkan suatu proses yang sistematis , berkesinambungan dan penuh dengan tantangan. Pendidikan akan senantiasa terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan era teknologi dan informasi. Pendidikan akan selalu menjadi sorotan publik dan bahkan akan menjadi bidikan ketidakpuasan, karena pendidikan membawa dampak yang luas menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya berdampak pada investasi sumber daya tetapi akan meluas pada suatu kondisi kehidupan masyarakat masa kini dan kedepan. Oleh sebab itu pendidikan memerlukan suatu upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan serta menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat yang bermartabat.
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya mutu lulusan, rendahnya minat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas dan cenderung bongkar pasang sistem kebijakan pendidikan, bahkan lebih ironis pendidikan dijadikan komoditas elit politik demi kepentingan komunitasnya, sehingga hasil yang dicapai dalam pendidikan sangat jauh dari harapan dan lebih mengecewakan masyarakat. Masyarakat terus mempertanyakan, kesesuaian relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat terutama dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal, serta dalam dinamika kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum yang mengakomodasi permintaan dunia kerja, dan guru yang profesional. Dari ketiga hal tersebut guru memiliki peran yang sangat penting. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa, dalam suatu proses pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan suber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajara yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”.


Guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator sehingga terjadi proses pembelajarn yang interaktif dan menyenangkan, peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan menemukan konsep keilmuan maupun tata nilai yang dibelajarkan dikelas secara mandiri .
Guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan selalu berusaha untuk melaksanakan prestasi kinerjanya yang merupakan keinginan sesorang untuk berkarya yang bernilai lebih tinggi dari pada yang dicapai orang lain. Dengan demikian guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan selalu melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu. Proses pembelajaran tersebut dapat lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu atau media yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan diminati siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami kelompok III mencoba untuk menguraikan lebih mendalam tentang media pendidikan dengan judul ” EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena pembahasan media pembelajaran ini cukup luas, maka kami memberi batasan hanya pada manfaat dan fungsi alat media pembelajaran saja.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
Apakah manfaat dan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?
Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan efektif?
C. Definisi Oprasional
1. Memilih model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate). Heinich, (1982)
2. Fungsi media pemeblejaran khususnya media visual, yaitu :
(a) Fungsi atensi,
(b) Fungsi efektif,
(c) Fungsi kognitif, dan
(d) Fungsi kompensatoris
(Levie & Lentz, 1982)
3. Tiga fungsi utama media pembelajaran yang digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) emmotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi, Kemp & Dayton (1985 : 29).
D. Prosedur Pendekatan
Penulisan makalah ini, berdasarkan pengamatan dan analisa sebagai referensi. Sehingga pendekatan yang digunakan adalah studi literatur terhadap kajian memilih media pembelajaran dan manfaat, fungsi alat media pendidikan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektris untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diuraikan berikut ini. AECT (Association of Educatian and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Kata media pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah alat Bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancer dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat Bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Dengan kata laian, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan sisiwa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin tekne (Bahasa Inggris art) dan logos (Bahasa Indonesia ilmu). Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10).

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
15. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
16. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
17. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
18. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
19. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
20. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
21. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan langsung membuat ’simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul, mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (mendengar) kata ’simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya mnemperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap).
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan membuat siswa belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya stimulus dengar.
\Levie & Levie (1975) membaca kembali penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk mntugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hibungkan fakta dengan konsep. Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih bila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dua coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemnudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experiance ( Kerucut pengalaman Dale) (dale, 1969).
Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenuis indera yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar diam, Rekaman Radio
Gambar hidup pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda tiruan/Pengamatan
Pengalaman langsung

ama

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Diagram di atas merupakan model learnig by doing yang memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan ke dalam lambang-lambang. Jika pesan yang terkandung dalam lambang-lambang tersebut maka indra dilibatkan dalam menafsirkannya semakin terbatas, yaitu indra penglihatan atau indra pendengaran. Dalam tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Pengalaman konkret dan pengalaman abstrak akan dialami silih berganti melalui; hasil belajar dari pengalaman langsung akan merubah dan memperluas jangkauan abstakei seseorang; dan sebaiknya kemampuan interpretasi lambang kata akan membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya terlibat langsung.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model learning by doing dapat memberikan respon secara langsung terhadap stimulus yang di berikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Media pembelajaran dapat dikelompokan kedalam beberapa ciri yang akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya.
Ciri-ciri tersebut dapat dilihat beirkut ini:
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property), Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
3. Ciri Distributif (Distributive Property), media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu (Gerlach & Ely, 1971)
Dari penjelasan di atas bahwa kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
C. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang dikembangkan ada dua unsur yang sangat penting yaitu, metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek itu berkaitan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Ada aspek lain yang perlu diperhatikan dalam memilih media, diantaranya tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran harus melihat karakteristik siswa. Dengan demikian fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat dibangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan angsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Hamalik (1986).
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain itu dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Para ahli juga menunjukkan dampak positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktih.
4. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di manapun.
7. Lebih menumbuhkan sikap positif siswa.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Sudjana & Rivai (1992 : 2) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu;
1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. bahan pembelajaran akan lehih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3. metode mengajar akan lebih bervarias, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebaba tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Fungsi media pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil yang diperoleh dalam proses belajar mengajar guru, sejauh mana daya serap siswa dalam menerima bahan ajar/materi yang dikembangkan oleh guru dan dapat disimpan dalam memori pengalaman-penagalaman di dalam diri siswa. Hal ini Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnay kembali.

Kemp & Dayton (1985 : 28) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivsai minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Dari uraian di atas semakin mempertegas fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulakan manfaat secara praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yang dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, dapat megarahkan perhatian, motivasi belajar, interaksi langsung siswa dengan lingkungannya yang memungkinkan dapat bekajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampaundan minatnya, serta dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
D. Memilih Media dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan yang baik. Guru harus mampu memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan yang luas mengenai media pembelajaran.
Banyak guru yang memilih salah satu media dalam kegiatan di kelasnya atas dasar pertimbangan antara lain bahwa ia sudah akrab dengan media itu, ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Perttimbangan ini diharapakan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang ia tetapkan.
Model perencanaan dalam pengunaan media yang efektif adalah model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate) (Heinich, 1982).
Model perencanaan diatas ada enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut, pertama (A) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, kedua (S) menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, ketiga (S) memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media dengan tepat, keempat (U) menggunakan materi dan media, kelima (R) meminta tanggapan dari siswa, dan keenam (E) mengevaluasi proses belajar.
Kemampuan menganalisis secara komprehensif sangat penting bagi tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pada tingkat menyeluruh umumnya pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut:
1. hambatan pengembangan dan pembelajaran meliputi dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang terserdia (manusia dan material);
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran (penghafalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan pemikiran tingkat tinggi);
3. Hambatan dari siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal;
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar);
5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a. kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/atau audio);
b. kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (menulis, audio, dan/atau kegiatan fisik);
c. kemampuan mengakomodasikan umpan balik;
d. pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan latihan dan tes (menggunakan media yang sama)
6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.
(Arsyad, 1997 : 97-71).

Kemampauan guru dalam mempersiapkan model perencanaan pembelajaran harus mampu mengidentifikasi secara komprehensif materi ajar yang akan disampaikan pada siswa dengan melihat beberapa faktor diantaranya, sasaran yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, dan evaluasi pencapaian pembelajaran.


BAB IV
ANALISIS MASALAH

A. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi mulai dari guru sampai pada peralatan canggih. Media merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Media mempunyai ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan, yaitu:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besare, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan statu ilmu.
Dari uraian dan pendapat para ahli jelaslah terdapat beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Media pembelajar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil berlajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dwngan lingkungannya, dan kemungkinanan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajarn dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-p;eristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Fungsi utama media pembelajaran merupakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan penglaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
B. Memilih Media Pembelajaran
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisifasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam memilih media pembelajaran perlu dikembangkan dan dirancang media yang efektif agar dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar mengajar serta menjamin terjadinya pembelajaran yang lebih baik.
Pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan, sehingga harus memeperhatikan kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifarnya fakta, konsep,prinsip, atai generalisasi, praktis, lues dan bertahan, guru terampil menggunakannya, sesuai dengan sasaran, dan bermutu teknis.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
2. Model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut.
3. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memori dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan,
4. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran untuk penyampaian pesan dan isi pelajaran.
5. Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
6. Dalam memilih media pembelajaran, guru dapat memilih salah satu pertimbangan (a) bahwa ia sudah akrab dengan media itu, (b) ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
7. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas mengingat, mengenali, dan menghubungkan fakta dan konsep.
8. Belajar dengan menggunakan indera pandang dan dengan melibatkan indera lainnya akan memberikan keuntungan yang lebih optimal dalam proses pembelajaran.
B. Rekomendasi
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa, calon guru, dan guru pada umumnya agar lebih memahami, membuat, dan menggunakan media pendidikan, sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik dan efektif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Banyak usaha yang bisa dikerjakan oleh guru untuk mempersiapkan media pembelajaran. Di samping memahami penggunaannya, para guru pun dituntut untuk berupaya mengembangkan keterampilan ”membuat sendiri” media yang menarik, murah, dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A. 1986. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Penerbit IKIP Ujung Pandang.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Penerbit: Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Education). New York: The Dryden Press, Holt, Rinerhard and Winston. Inc

Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach. Englewood Chliffs: Prentice-Hall, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti

Heinich, R., Molenda, M. Dan Russell, J.D. 1982. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Levie, W. Howard dan Levie, Diane. 1975. Pictorial Memory Processes. AVCR Vol. 23 No. 1 Spring 1975. pp. 81-97.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.


EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
OLEH
SAEFUL MA'MUN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer dari kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan alur dari perjalanan suatu bangsa menuju pada sebuah peradaban yang diidamkan-idamkan oleh semua umat manusia. Pendidikan merupakan upaya mendorong semua komponen masyarakat untuk komitmen dan konsisten dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah pun demikian harus komitmen dan konsisten dalam kebijakan sisitem pendidikan.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses yang melibatkan semua stakeholders dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan pada kenyataannya merupakan upaya yang tidak sederhana dan kompleks, melainkan suatu proses yang sistematis , berkesinambungan dan penuh dengan tantangan. Pendidikan akan senantiasa terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan era teknologi dan informasi. Pendidikan akan selalu menjadi sorotan publik dan bahkan akan menjadi bidikan ketidakpuasan, karena pendidikan membawa dampak yang luas menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya berdampak pada investasi sumber daya tetapi akan meluas pada suatu kondisi kehidupan masyarakat masa kini dan kedepan. Oleh sebab itu pendidikan memerlukan suatu upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan serta menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat yang bermartabat.
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya mutu lulusan, rendahnya minat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas dan cenderung bongkar pasang sistem kebijakan pendidikan, bahkan lebih ironis pendidikan dijadikan komoditas elit politik demi kepentingan komunitasnya, sehingga hasil yang dicapai dalam pendidikan sangat jauh dari harapan dan lebih mengecewakan masyarakat. Masyarakat terus mempertanyakan, kesesuaian relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat terutama dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal, serta dalam dinamika kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum yang mengakomodasi permintaan dunia kerja, dan guru yang profesional. Dari ketiga hal tersebut guru memiliki peran yang sangat penting. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa, dalam suatu proses pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan suber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajara yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”.


Guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator sehingga terjadi proses pembelajarn yang interaktif dan menyenangkan, peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan menemukan konsep keilmuan maupun tata nilai yang dibelajarkan dikelas secara mandiri .
Guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan selalu berusaha untuk melaksanakan prestasi kinerjanya yang merupakan keinginan sesorang untuk berkarya yang bernilai lebih tinggi dari pada yang dicapai orang lain. Dengan demikian guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan selalu melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu. Proses pembelajaran tersebut dapat lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu atau media yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan diminati siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami kelompok III mencoba untuk menguraikan lebih mendalam tentang media pendidikan dengan judul ” EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena pembahasan media pembelajaran ini cukup luas, maka kami memberi batasan hanya pada manfaat dan fungsi alat media pembelajaran saja.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
Apakah manfaat dan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?
Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan efektif?
C. Definisi Oprasional
1. Memilih model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate). Heinich, (1982)
2. Fungsi media pemeblejaran khususnya media visual, yaitu :
(a) Fungsi atensi,
(b) Fungsi efektif,
(c) Fungsi kognitif, dan
(d) Fungsi kompensatoris
(Levie & Lentz, 1982)
3. Tiga fungsi utama media pembelajaran yang digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) emmotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi, Kemp & Dayton (1985 : 29).
D. Prosedur Pendekatan
Penulisan makalah ini, berdasarkan pengamatan dan analisa sebagai referensi. Sehingga pendekatan yang digunakan adalah studi literatur terhadap kajian memilih media pembelajaran dan manfaat, fungsi alat media pendidikan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektris untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diuraikan berikut ini. AECT (Association of Educatian and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Kata media pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah alat Bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancer dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat Bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Dengan kata laian, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan sisiwa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin tekne (Bahasa Inggris art) dan logos (Bahasa Indonesia ilmu). Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10).

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
15. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
16. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
17. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
18. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
19. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
20. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
21. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan langsung membuat ’simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul, mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (mendengar) kata ’simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya mnemperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap).
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan membuat siswa belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya stimulus dengar.
\Levie & Levie (1975) membaca kembali penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk mntugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hibungkan fakta dengan konsep. Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih bila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dua coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemnudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experiance ( Kerucut pengalaman Dale) (dale, 1969).
Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenuis indera yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar diam, Rekaman Radio
Gambar hidup pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda tiruan/Pengamatan
Pengalaman langsung

ama

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Diagram di atas merupakan model learnig by doing yang memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan ke dalam lambang-lambang. Jika pesan yang terkandung dalam lambang-lambang tersebut maka indra dilibatkan dalam menafsirkannya semakin terbatas, yaitu indra penglihatan atau indra pendengaran. Dalam tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Pengalaman konkret dan pengalaman abstrak akan dialami silih berganti melalui; hasil belajar dari pengalaman langsung akan merubah dan memperluas jangkauan abstakei seseorang; dan sebaiknya kemampuan interpretasi lambang kata akan membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya terlibat langsung.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model learning by doing dapat memberikan respon secara langsung terhadap stimulus yang di berikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Media pembelajaran dapat dikelompokan kedalam beberapa ciri yang akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya.
Ciri-ciri tersebut dapat dilihat beirkut ini:
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property), Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
3. Ciri Distributif (Distributive Property), media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu (Gerlach & Ely, 1971)
Dari penjelasan di atas bahwa kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
C. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang dikembangkan ada dua unsur yang sangat penting yaitu, metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek itu berkaitan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Ada aspek lain yang perlu diperhatikan dalam memilih media, diantaranya tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran harus melihat karakteristik siswa. Dengan demikian fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat dibangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan angsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Hamalik (1986).
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain itu dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Para ahli juga menunjukkan dampak positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktih.
4. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di manapun.
7. Lebih menumbuhkan sikap positif siswa.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Sudjana & Rivai (1992 : 2) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu;
1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. bahan pembelajaran akan lehih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3. metode mengajar akan lebih bervarias, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebaba tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Fungsi media pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil yang diperoleh dalam proses belajar mengajar guru, sejauh mana daya serap siswa dalam menerima bahan ajar/materi yang dikembangkan oleh guru dan dapat disimpan dalam memori pengalaman-penagalaman di dalam diri siswa. Hal ini Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnay kembali.

Kemp & Dayton (1985 : 28) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivsai minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Dari uraian di atas semakin mempertegas fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulakan manfaat secara praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yang dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, dapat megarahkan perhatian, motivasi belajar, interaksi langsung siswa dengan lingkungannya yang memungkinkan dapat bekajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampaundan minatnya, serta dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
D. Memilih Media dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan yang baik. Guru harus mampu memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan yang luas mengenai media pembelajaran.
Banyak guru yang memilih salah satu media dalam kegiatan di kelasnya atas dasar pertimbangan antara lain bahwa ia sudah akrab dengan media itu, ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Perttimbangan ini diharapakan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang ia tetapkan.
Model perencanaan dalam pengunaan media yang efektif adalah model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate) (Heinich, 1982).
Model perencanaan diatas ada enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut, pertama (A) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, kedua (S) menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, ketiga (S) memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media dengan tepat, keempat (U) menggunakan materi dan media, kelima (R) meminta tanggapan dari siswa, dan keenam (E) mengevaluasi proses belajar.
Kemampuan menganalisis secara komprehensif sangat penting bagi tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pada tingkat menyeluruh umumnya pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut:
1. hambatan pengembangan dan pembelajaran meliputi dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang terserdia (manusia dan material);
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran (penghafalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan pemikiran tingkat tinggi);
3. Hambatan dari siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal;
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar);
5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a. kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/atau audio);
b. kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (menulis, audio, dan/atau kegiatan fisik);
c. kemampuan mengakomodasikan umpan balik;
d. pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan latihan dan tes (menggunakan media yang sama)
6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.
(Arsyad, 1997 : 97-71).

Kemampauan guru dalam mempersiapkan model perencanaan pembelajaran harus mampu mengidentifikasi secara komprehensif materi ajar yang akan disampaikan pada siswa dengan melihat beberapa faktor diantaranya, sasaran yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, dan evaluasi pencapaian pembelajaran.


BAB IV
ANALISIS MASALAH

A. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi mulai dari guru sampai pada peralatan canggih. Media merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Media mempunyai ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan, yaitu:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besare, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan statu ilmu.
Dari uraian dan pendapat para ahli jelaslah terdapat beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Media pembelajar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil berlajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dwngan lingkungannya, dan kemungkinanan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajarn dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-p;eristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Fungsi utama media pembelajaran merupakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan penglaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
B. Memilih Media Pembelajaran
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisifasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam memilih media pembelajaran perlu dikembangkan dan dirancang media yang efektif agar dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar mengajar serta menjamin terjadinya pembelajaran yang lebih baik.
Pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan, sehingga harus memeperhatikan kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifarnya fakta, konsep,prinsip, atai generalisasi, praktis, lues dan bertahan, guru terampil menggunakannya, sesuai dengan sasaran, dan bermutu teknis.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
2. Model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut.
3. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memori dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan,
4. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran untuk penyampaian pesan dan isi pelajaran.
5. Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
6. Dalam memilih media pembelajaran, guru dapat memilih salah satu pertimbangan (a) bahwa ia sudah akrab dengan media itu, (b) ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
7. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas mengingat, mengenali, dan menghubungkan fakta dan konsep.
8. Belajar dengan menggunakan indera pandang dan dengan melibatkan indera lainnya akan memberikan keuntungan yang lebih optimal dalam proses pembelajaran.
B. Rekomendasi
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa, calon guru, dan guru pada umumnya agar lebih memahami, membuat, dan menggunakan media pendidikan, sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik dan efektif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Banyak usaha yang bisa dikerjakan oleh guru untuk mempersiapkan media pembelajaran. Di samping memahami penggunaannya, para guru pun dituntut untuk berupaya mengembangkan keterampilan ”membuat sendiri” media yang menarik, murah, dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A. 1986. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Penerbit IKIP Ujung Pandang.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Penerbit: Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Education). New York: The Dryden Press, Holt, Rinerhard and Winston. Inc

Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach. Englewood Chliffs: Prentice-Hall, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti

Heinich, R., Molenda, M. Dan Russell, J.D. 1982. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Levie, W. Howard dan Levie, Diane. 1975. Pictorial Memory Processes. AVCR Vol. 23 No. 1 Spring 1975. pp. 81-97.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.


EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI
ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
OLEH
SAEFUL MA'MUN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer dari kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan alur dari perjalanan suatu bangsa menuju pada sebuah peradaban yang diidamkan-idamkan oleh semua umat manusia. Pendidikan merupakan upaya mendorong semua komponen masyarakat untuk komitmen dan konsisten dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah pun demikian harus komitmen dan konsisten dalam kebijakan sisitem pendidikan.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses yang melibatkan semua stakeholders dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan pada kenyataannya merupakan upaya yang tidak sederhana dan kompleks, melainkan suatu proses yang sistematis , berkesinambungan dan penuh dengan tantangan. Pendidikan akan senantiasa terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan era teknologi dan informasi. Pendidikan akan selalu menjadi sorotan publik dan bahkan akan menjadi bidikan ketidakpuasan, karena pendidikan membawa dampak yang luas menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya berdampak pada investasi sumber daya tetapi akan meluas pada suatu kondisi kehidupan masyarakat masa kini dan kedepan. Oleh sebab itu pendidikan memerlukan suatu upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan serta menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat yang bermartabat.
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya mutu lulusan, rendahnya minat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas dan cenderung bongkar pasang sistem kebijakan pendidikan, bahkan lebih ironis pendidikan dijadikan komoditas elit politik demi kepentingan komunitasnya, sehingga hasil yang dicapai dalam pendidikan sangat jauh dari harapan dan lebih mengecewakan masyarakat. Masyarakat terus mempertanyakan, kesesuaian relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat terutama dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal, serta dalam dinamika kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum yang mengakomodasi permintaan dunia kerja, dan guru yang profesional. Dari ketiga hal tersebut guru memiliki peran yang sangat penting. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa, dalam suatu proses pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan suber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajara yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”.


Guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator sehingga terjadi proses pembelajarn yang interaktif dan menyenangkan, peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan menemukan konsep keilmuan maupun tata nilai yang dibelajarkan dikelas secara mandiri .
Guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan selalu berusaha untuk melaksanakan prestasi kinerjanya yang merupakan keinginan sesorang untuk berkarya yang bernilai lebih tinggi dari pada yang dicapai orang lain. Dengan demikian guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan selalu melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu. Proses pembelajaran tersebut dapat lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu atau media yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan diminati siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami kelompok III mencoba untuk menguraikan lebih mendalam tentang media pendidikan dengan judul ” EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena pembahasan media pembelajaran ini cukup luas, maka kami memberi batasan hanya pada manfaat dan fungsi alat media pembelajaran saja.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
Apakah manfaat dan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?
Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan efektif?
C. Definisi Oprasional
1. Memilih model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate). Heinich, (1982)
2. Fungsi media pemeblejaran khususnya media visual, yaitu :
(a) Fungsi atensi,
(b) Fungsi efektif,
(c) Fungsi kognitif, dan
(d) Fungsi kompensatoris
(Levie & Lentz, 1982)
3. Tiga fungsi utama media pembelajaran yang digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) emmotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi, Kemp & Dayton (1985 : 29).
D. Prosedur Pendekatan
Penulisan makalah ini, berdasarkan pengamatan dan analisa sebagai referensi. Sehingga pendekatan yang digunakan adalah studi literatur terhadap kajian memilih media pembelajaran dan manfaat, fungsi alat media pendidikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektris untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diuraikan berikut ini. AECT (Association of Educatian and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Kata media pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah alat Bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancer dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat Bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Dengan kata laian, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan sisiwa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin tekne (Bahasa Inggris art) dan logos (Bahasa Indonesia ilmu). Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10).

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
15. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
16. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
17. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
18. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
19. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
20. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
21. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan langsung membuat ’simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul, mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (mendengar) kata ’simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya mnemperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap).
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan membuat siswa belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya stimulus dengar.
\Levie & Levie (1975) membaca kembali penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk mntugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hibungkan fakta dengan konsep. Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih bila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dua coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemnudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experiance ( Kerucut pengalaman Dale) (dale, 1969).
Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenuis indera yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar diam, Rekaman Radio
Gambar hidup pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda tiruan/Pengamatan
Pengalaman langsung

ama

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Diagram di atas merupakan model learnig by doing yang memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan ke dalam lambang-lambang. Jika pesan yang terkandung dalam lambang-lambang tersebut maka indra dilibatkan dalam menafsirkannya semakin terbatas, yaitu indra penglihatan atau indra pendengaran. Dalam tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Pengalaman konkret dan pengalaman abstrak akan dialami silih berganti melalui; hasil belajar dari pengalaman langsung akan merubah dan memperluas jangkauan abstakei seseorang; dan sebaiknya kemampuan interpretasi lambang kata akan membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya terlibat langsung.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model learning by doing dapat memberikan respon secara langsung terhadap stimulus yang di berikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Media pembelajaran dapat dikelompokan kedalam beberapa ciri yang akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya.
Ciri-ciri tersebut dapat dilihat beirkut ini:
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property), Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
3. Ciri Distributif (Distributive Property), media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu (Gerlach & Ely, 1971)
Dari penjelasan di atas bahwa kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
C. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang dikembangkan ada dua unsur yang sangat penting yaitu, metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek itu berkaitan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Ada aspek lain yang perlu diperhatikan dalam memilih media, diantaranya tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran harus melihat karakteristik siswa. Dengan demikian fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat dibangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan angsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Hamalik (1986).
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain itu dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Para ahli juga menunjukkan dampak positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktih.
4. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di manapun.
7. Lebih menumbuhkan sikap positif siswa.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Sudjana & Rivai (1992 : 2) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu;
1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. bahan pembelajaran akan lehih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3. metode mengajar akan lebih bervarias, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebaba tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Fungsi media pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil yang diperoleh dalam proses belajar mengajar guru, sejauh mana daya serap siswa dalam menerima bahan ajar/materi yang dikembangkan oleh guru dan dapat disimpan dalam memori pengalaman-penagalaman di dalam diri siswa. Hal ini Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnay kembali.

Kemp & Dayton (1985 : 28) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivsai minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Dari uraian di atas semakin mempertegas fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulakan manfaat secara praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yang dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, dapat megarahkan perhatian, motivasi belajar, interaksi langsung siswa dengan lingkungannya yang memungkinkan dapat bekajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampaundan minatnya, serta dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
D. Memilih Media dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan yang baik. Guru harus mampu memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan yang luas mengenai media pembelajaran.
Banyak guru yang memilih salah satu media dalam kegiatan di kelasnya atas dasar pertimbangan antara lain bahwa ia sudah akrab dengan media itu, ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Perttimbangan ini diharapakan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang ia tetapkan.
Model perencanaan dalam pengunaan media yang efektif adalah model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate) (Heinich, 1982).
Model perencanaan diatas ada enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut, pertama (A) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, kedua (S) menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, ketiga (S) memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media dengan tepat, keempat (U) menggunakan materi dan media, kelima (R) meminta tanggapan dari siswa, dan keenam (E) mengevaluasi proses belajar.
Kemampuan menganalisis secara komprehensif sangat penting bagi tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pada tingkat menyeluruh umumnya pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut:
1. hambatan pengembangan dan pembelajaran meliputi dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang terserdia (manusia dan material);
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran (penghafalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan pemikiran tingkat tinggi);
3. Hambatan dari siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal;
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar);
5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a. kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/atau audio);
b. kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (menulis, audio, dan/atau kegiatan fisik);
c. kemampuan mengakomodasikan umpan balik;
d. pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan latihan dan tes (menggunakan media yang sama)
6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.
(Arsyad, 1997 : 97-71).

Kemampauan guru dalam mempersiapkan model perencanaan pembelajaran harus mampu mengidentifikasi secara komprehensif materi ajar yang akan disampaikan pada siswa dengan melihat beberapa faktor diantaranya, sasaran yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, dan evaluasi pencapaian pembelajaran.

BAB IV
ANALISIS MASALAH

A. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi mulai dari guru sampai pada peralatan canggih. Media merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Media mempunyai ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan, yaitu:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besare, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan statu ilmu.
Dari uraian dan pendapat para ahli jelaslah terdapat beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Media pembelajar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil berlajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dwngan lingkungannya, dan kemungkinanan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajarn dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-p;eristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Fungsi utama media pembelajaran merupakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan penglaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
B. Memilih Media Pembelajaran
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisifasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam memilih media pembelajaran perlu dikembangkan dan dirancang media yang efektif agar dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar mengajar serta menjamin terjadinya pembelajaran yang lebih baik.
Pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan, sehingga harus memeperhatikan kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifarnya fakta, konsep,prinsip, atai generalisasi, praktis, lues dan bertahan, guru terampil menggunakannya, sesuai dengan sasaran, dan bermutu teknis.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
2. Model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut.
3. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memori dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan,
4. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran untuk penyampaian pesan dan isi pelajaran.
5. Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
6. Dalam memilih media pembelajaran, guru dapat memilih salah satu pertimbangan (a) bahwa ia sudah akrab dengan media itu, (b) ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
7. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas mengingat, mengenali, dan menghubungkan fakta dan konsep.
8. Belajar dengan menggunakan indera pandang dan dengan melibatkan indera lainnya akan memberikan keuntungan yang lebih optimal dalam proses pembelajaran.
B. Rekomendasi
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa, calon guru, dan guru pada umumnya agar lebih memahami, membuat, dan menggunakan media pendidikan, sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik dan efektif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Banyak usaha yang bisa dikerjakan oleh guru untuk mempersiapkan media pembelajaran. Di samping memahami penggunaannya, para guru pun dituntut untuk berupaya mengembangkan keterampilan ”membuat sendiri” media yang menarik, murah, dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A. 1986. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Penerbit IKIP Ujung Pandang.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Penerbit: Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Education). New York: The Dryden Press, Holt, Rinerhard and Winston. Inc

Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach. Englewood Chliffs: Prentice-Hall, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti

Heinich, R., Molenda, M. Dan Russell, J.D. 1982. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Levie, W. Howard dan Levie, Diane. 1975. Pictorial Memory Processes. AVCR Vol. 23 No. 1 Spring 1975. pp. 81-97.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.


UJIAN AKHIR SEMESTER

UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2008-2009



Mata Kulaiah : Manajemen Pemasaran
Dosen : Saepul Ma’mun
Mahasiswa : Program S.2 Master Manajemen Pendidikan
Hari/Tanggal : Minggu, 14 Juni 2009



Petunjuk :
1. Tuliskan identitas anda secara jelas dalam lembar jawaban
2. Tulis/ketik jawaban atas soal-soal berikut secara mandiri dengan analisis dan uraian secara ringkas dan jelas (kalau perlu disertakan bagan/skema/gambar) dan sebutkan sumber rujukan/kutipan; nama penulis.
3. Berkas jawaban ujian diserahkan pada dosen/pengawas

Soal-soal ;

1. Jelaskan konsep-konsep (pengertian) dan interelasi antara manajemen pemasaran dalam pendekatan pendidikan dalam desain fungsi output pendidikan, dan konteks outcome!
2. Identifikasi dan rumuskan bagaimana implementasi manajemen pemasaran dalam model Rethinking Marketing (Meninjau Ulang Pemasaran) dari tiga dimensi market-ing!
3. Berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola pelaksanaan manajemen pemasaran yang profesional untuk mewujudkan market-ing dengan pendekatan manajemen pendidikan!
4. Dalam Rethinking Marketing (Meninjau Ulang Pemasaran) salah satu komponennya adalah outlook yaitu, Change (perubahan), Customer (pelanggan), Competitior (pesaing), dan Company (perusahaan). Gambarkan bagaimana pendekatan dengan pendidikan sebagai pusat perubahan, sekolah dapat mengantisipasi perubahan yang sesuai dengan School Base Management atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



# Selamat Belajar dan Menempuh Ujian#

ANALISIS KEMAMPUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN

ANALISIS KEMAMPUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN
Oleh
Saepul Ma’mun, M.Pd.

Gejolak perubahan yang penuh dengan ketidakpastian itu membawa kita semua kepada upaya memilih dan menetapkan alternatif-alternatif yang paling baik bagi setiap orang. Dalam menghadapi perubahan yang cepat tersebut satu-satunya cara untuk tetap dapat berada pada posisi yang baik dalam situasi perubahan yang begitu cepat dan hampir-hampir tak terkendalikan itu adalah “belajar secara cepat” pada semua bidang kehidupan takterkecuali bidang pendidikan.
Kecepatan perubahan yang diistilahkan dengan “accellerated change”, ‘tumultuous change.” “rapid change” para akhli menuntut kepada kita semua yang hidup dalam abad informasi, era globalisasi yang diwarnai oleh revolusi teknologi komunikasi dan informasi mendorong setiap individu, lembaga dan organisisasi serta institusi pendidikan untuk melakukan repositioning agar senantiasa dapat exist dalam era yang penuh dengan “uncertainty”, “continuity” dan “confrontation” yang jika tidak dihadapi dengan penuh kearifan, kesiapan dan “kecerdasan” akan membawa malapetaka yang akan sulit mengatasinya.
Untuk itu diperlukan alat yang tepat dan manajemen yang baik agar keberadaan kita dalam situasi itu selain dapat mengikuti juga sekaligus diharapkan dapat mempengaruhi dan mengarahkan perubahan itu. Kemampuan itu hanya dapat dimiliki dengan memahami sebaik-baiknya perilaku dan sifat teknologi komunikasi dan informasi agar dapat dimaksimalkan pemanfaataannya bagi berbagai kepentingan dan khususnya di bidang pendidikan
Kesemua itu hanya mungkin dilakukan selain dengan memahami perilaku dan sifat teknologi komunikasi dan informasi juga harus dipahami dengan sebaik-baiknya kaitan yang kuat antara teknologi komunikasi informasi dengan pendidikan. Peranan teknologi informasi dapat dimaksimalkan dengan mengkaji kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan untuk pendidikan dengan memanfaatkannya secara maksimal. Perannya dalam berbagai segi kehidupan umumnya telah banyak dikenal atau bahkan telah digunakan oleh berbagai kalangan tidak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Itulah sebabnya percepatan dalam perubahan harus diimbangi dengan kecepatan dalam belajar sebab milenium III lebih diwarnai oleh perubahan kecenderungan yang amat kuat dari mengajar kepada belajar sebagaimana telah dikemukakan oleh Rose dan Nicholl (1997) di mana manpower telah digantikan perannya oleh mind power / brain power / intellectual power sebab perubahan-perubahan yang cepat termasuk apa yang disebut revolusi teknologi komunikasi dan informasi ditandai dengan perubahan yang cepat(accellerated change) dan untuk itu perlu diimbangi dengan kecepatan di dalam belajar (accellerated learning).
Kecepatan didalam belajar dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. belajar bagaimana belajar (learning how to learn);
b. memahami dengan baik teknik belajar sendiri (natural learning style);
c. memiliki kemampuan/keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi;
d. mengkaji informasi dengan cepat, memahaminya dan diingat dengan baik.
Mengkaji dan mengimplementasikan prinsip-prinsip di atas diharapkan dapat membantu percepatan dalam belajar yang juga sekaligus merupakan tuntutan era informasi yang dipacu lebih cepat melalui revolusi teknologi komunikasi dan informasi sebagaimana telah diutarakan. Karena itu prinsip-prinsip di atas juga sekaligus merupakan langkah-langkah penting yang perlu dikaji dalam pelaksanaan desentralisasi daerah dan otonomi pendidikan yang didasari oleh pendidikan yang berbasis masyarakat (Community-Based Education – CBE) dan pada akhirnya mengarah pada pengelolaan berbasis sekolah (School-Based Management).
Memanfaatkan berbagai kemudahan dari teknologi komunikasi dan informasi hanya mungkin terjadi jika dikelola dengan baik. Telah dipahami bahwa kepemimpinan adalah inti manajemen, dan oleh sebab itu meningkatkan kemampuan manajemen merupakan sebuah keharusan jika keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam era desentralisasi daerah dan desentralisasi pendidikan diharapkan berhasil. Peningkatan kemampuan manajemen dapat dilakukan melalui kepemimpinan yang dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi terjadinya inovasi dan perubahan-perubahan dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi komunikasi dan informasi.
Oleh karena sifat yang melekat pada teknologi komunikasi dan informasi, membuka kemungkinan bagi pemanfaatannya secara luas dalam bidang pendidikan baik pada tingkat perencanaan dan pembuatan keputusan (decision support system) tentang suatu kebijakan pendidikan sampai pada implementasinya dalam mendukung proses pendidikan tersebut. Hal itu dimungkinkan oleh besarnya peluang untuk mengakses informasi secara cepat dalam waktu singkat dan dari sumber-sumber informasi yang bervariasi dengan tingkat akurasi yang tinggi. Karena itu masalah jarak dan jumlah informasi yang diperlukan tidak lagi menjadi persoalan yang justru selama ini menjadi sebab utama terjadinya kesenjangan antara pusat dan daerah sebagai akibat langsung dari sifat pengelolaan pendidikan yang sentralistik dan diperparah oleh peralatan dan sistim informasi manajemen yang amat sederhana.
Kesempatan seperti itu hanya mungkin diatasi dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi secara baik. Revolusi informasi global telah berhasil menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni secara terintegrasi Hal ini juga merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi dibidang komputer personal, transmisi data dan kompresi, lebar pita (bandwidth), teknologi penyimpanan data (data storage) dan penyampai data (access) integrasi multimedia dan jaringan komputer. Konvergensi dari revolusi teknologi tersebut telah menyatukan berbagai media, yaitu suara (voice,audio), video, citra (image) grafik dan teks. (Adisasono, 2000)
Teknologi komunikasi dan informasi pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau serta memiliki potensi untuk membangun masyarakat yang demokratis, dan salah satu dampak terbesarnya adalah demokratisasi di bidang pendidikan, ditandai dengan adanya hubungan antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, bahkan antara guru dengan guru dan antara guru, siswa, orangtua dan masyarakat dalam kaitannya dengan proses pendidikan di dalam dan di luar sekolah.
Dengan sifat-sifat teknologi komunikasi dan infromasi seperti itu telah membuka peluang besar bagi pemerintah daerah dan kota untuk dapat menyiapkan diri membangun sebuah sistem informasi yang memungkinkan terjadinya proses pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi bagi kemajuan pendidikan di daerah dan kota. Hal itu merupakan konsekwensi dari ketersediaan jenis teknologi yang dimaksud dalam pelaksanaan otonomi daerah. Itu juga berarti bahwa melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi tersebut khususnya internet kendala keterjangkauan dan ekspose terhadap informasi antar berbagai wilayah di seluruh Indonesia dapat diatasi dan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dapat tetap terjaga.
Namun yang terpenting dari keadaan ini adalah dibutuhkannya tanggung jawab moral setiap penyedia (provider) dan pengguna teknologi komunikasi dan informasi tersebut karena selain diperoleh kemudahan juga akan berjalan seiring dengan dampak negatif yang akan ditimbulkannya seaindainya pemanfaatannya itu tidak didasari nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, etika, estetika dan kearifan para pemakainya.
Hanya dengan mengembangkan nilai-nilai seperti itu dampak negatif dari pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet dapat diminimalkan khususnya bagi generasi muda yang masih dalam pertumbuhan dan pancaroba. Membangun sebuah keterbatasan dalam bersentuhan dengan teknologi komunikasi dan informasi tersebut hampir tidak mungkin karena begitu terbukanya berbagai sumber informasi yang disana sini diwarnai dengan berbagai “trick” yang mengundang keterlibatan semua orang termasuk generasi muda untuk terlibat kedalam sistem teknologi komunikasi dan informasi yang “mereka” bangun.
Hal itu amat dimungkinkan karena dengan arahan yang tepat dan sedikit intervensi, teknologi komunikasi dan informasi dapat membantu mentransformasikan mereka yang selama ini berada pada posisi marjinal di banyak daerah dengan peralatan sebuah komputer multi media dapat berubah dari posisi pengamat menjadi menjadi posisi partisipan aktif, dan disinilah sebenarnya peranan teknologi informasi terhadap dunia pendidikan dalam proses demokratisasi pendidikan menjadi sangat signifikan.
Dengan berkembangnya teknologi informasi tersebut batas-batas antar negara menjadi hilang (borderless nations) demikian pula antara binis, pendidikan dan bahkan media. Perkembangannya begitu dahsyat sehingga hampir tidak ada aspek kehidupan (pendidikan, perdagangan, semua segi usaha, hiburan, pemerintahan, pola kerja, pola produksi dan bahkan pola hubungan antar manusia) yang terlepas dari pengaruh atau bahkan dampak yang ditimbulkannya yang pada saat sekarang ini menjadi perhatian serius dari berbagai negara di dunia. Apa yang pada mulanya sulit dicapai oleh daerah khususnya daera-daerah yang terpencil hampir dapat dipastikan tidak ada kendala lagi sepanjang perangkat teknologi yang butuhkan memang tersedia.
Menjelang memasuki abad ke-21 hampir semua negara didunia bertanya tentang masa depan dunia yang mengalami perubahan dengan cepat itu. Untuk memahami persoalan itu dengan baik sejumlah ahli di bidang bisnis, organisasi dan manajemen serta keuangan dunia menuangkan kembali pemikiran mereka melalui sebuah buku yang berjudul “Rethinking the Future” sebuah buku yang menjelaskan perkembangan dunia yang ditandai dengan ketidakpastian uncertainty yang semakin meningkat dalam mana pekerjaan, organisasi dan ekonomi juga turut berubah.
Guna mengantisipasi semua itu berbagai negara maju didunia telah siap dengan program-program dan proyek mereka khususnya dalam bidang pendidikan untuk dapat memasuki abad ke-21 tsb. sebagai abad informasi dapat dimasuki dengan mulus. Dalam upaya-upaya itu sistem-sistem yang sentralistik sudah mulai ditinggalkan dan mulai mengarah pada desentralisasi kekuasaan dan wewenang dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali Indonesia dengan otonomi daerahnya.
Antisipasi dalam bidang pendidikan tersebut diantaranya telah dilakukan oleh Amerika dengan berbagai proyek pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan dan keterkaitannya dengan peran dunia bisnis dan industri. Khusus untuk Amerika serikat sebagai negara industri maju tidak dapat dibandingkan dengan perkembangan daerah tingkat II di Indonesia. Namun untuk antisipasi kedepan membagi pengalaman dengan negara maju yang dimungkinkan oleh teknologi komunikasi dan informasi tidak berlebihan kiranya jika hal itu dikemukakan dalam kesempatan yang berbahagia ini.
Sebagai negara industri maju Amerika Serikat dalam upaya menempatkan posisi pendidikan terhadap kemajuan teknologi dan revolusi teknologi informasi mengetengahkan beberapa pertanyaan: “In highly advanced, technological society such as the United States, how do students know what skills they need to qualify for the jobs, and the advanced training of their choice? How can schools best teach necessary skills? How can industry and educational together help create a more effective education system, a more vibrant, productive economy?”
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak kurang dari Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah menggagas sebuah agenda nasional untuk pendidikan yang diberi nama “The President’s Educational Technology Initiatives”. Untuk merealisasikan gagasannya itu Presiden mengemukakan bahwa “In our schools, every classroom in America must be connected to the information superhighway, with computers and good software, and well-trained teachers. We are working with the telecomunications industry, education and parents to connect 20 percent of California’s classrooms this spring, and every clasroom and every library in the entire United States by the year 2000. I ask congress to support this educational technology initiative so that we can make sure this national partnership succeeds.” Apa yang dikemukakan dalam pandangan di atas adalah merupakan fokus dari orasi ilmiah pada hari ini sebagai antisipasi dalam menyongsong otonomi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana agar daerah dengan segala kemampuannya dan kendala yang dihadapinya dapat membangun sebuah model jaringan antar daerah didalam sebuah kabupaten atau bahkan antar sekolah dan antar perguruan tinggi di daerah untuk saling berhubungan sehingga informasi penting dan kemajuan-kemajuan dalam bidang pendidikan di suatu daerah/sekolah/perguruan tinggi dapat diakses oleh daerah/sekolah/ perguruan tinggi lain. Hal ini penting dikemukakan karena selain daerah-daerah selama ini sering tertinggal dalam berbagai informasi termasuk informasi penting tentang pendidikan, juga sering didengar keluhan adanya berbagai potensi didaerah yang belum dikenal dan dikelola dengan baik bagi kemajuan daerah. Bahkan juga terlalu sering didengar di sekolah atau perguruan tinggi guru atau dosen mengatakan bahwa teks mata pelajaran atau mata kuliah yang ada tidak dikemukakan secara tepat, atau hanya satu atau dua bab dari buku teks yang ada yang relevan dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang sedang disampaikan.
Hal itu tentunya dapat diatasi seperti yang telah dikemukakan dalam sebuah tulisan yang berjudul “Innovation in 21st Century Education” dikatakan sebagai berikut :” With the internet, we have a chance to change that! First we can expand the scope of social issues, as well as coming up with new perspectives by teaching HTML, the language of the net in social science classes, and require them to write a webpage. HTML is basically a word processing and easy to learn, no other language is needed for non-business uses.I’ve written 15 pages, all without using any other language, except stuff I’ve cut and pasted and not needed to modify.
Untuk mencapai apa yang dikemukakan diatas dapat diperoleh melalui sebuah jaringan komputer terbesar di dunia yang disebut dengan internet, yang dapat berfungsi dengan baik jika didukung oleh perangkat komputer dengan perangkat lunak yang baik, dan dengan guru yang terlatih baik. Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan yang secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar.
Melalui teknologi informasi yang dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual sekolah, dapat memanfaatkannya diantaranya untuk :
a. penelusuran dan pencarian bahan pustaka;
b. membangun Program Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana pengajaran
c. memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan virtual clasroom ataupun virual university;
d. pemasaran dan promosi hasil karya penelitian;
Kegunaan-kegunaan seperti diatas itu dapat diperluas bergantung kepada peralatan komputer yang dimiliki jaringan dan fasilitas telepon yang tersedia dan provider yang bertanggung jawab untuk tetap terpeliharanya penggunaan jaringan komunikasi dan informasi tersebut. Dari waktu kewaktu jika dilihat dari jumlah pemakaian yang makin meningkat secara eksponensial setiap tahunnya memungkinkan fasilitas yang pada mulanya hanya dapat dinikmati segelintir orang, dan sekelompok kecil sekolah terkemuka dengan biaya operasional yang tinggi, kedepan besar kemungkinan biaya yang besar itu akan dapat ditekan sehingga pemanfaatannya benar-benar dapat menjadi penunjang utama bagi pengelolaan pendidikan khususnya bagi pendidikan di daerah.
Agar pemanfaatan teknologi informasi tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal maka juga dibutuhkan kemampuan pengelola teknologi komunikasi dan informasi yang baik yang dapat diperoleh melalui pelatihan baik untuk tingkat pembuat kebijakan pendidikan di daerah maupun pada tingkat sekolah. Pemahaman dan kemampuan manajerial kepala sekolah berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan infomasi tersebut merupakan salah satu persyaratan pokok dalam pemilihan kepala sekolah. Mintzberg misalnya mengemukan sepuluh peran manajerial pemimpin yang meliputi :
a. informational roles menempatkan manager sebagai monitor, disseminator dan spokes person,
b. decisional roles yang melibatkan manager sebagai entrepreneur, disturbance handler, allocator dan negotiator,
c. interpersomal roles melibatkan manager sebagai figurhead, liason dan leader.
Pemanfaatan teknologi seperti disebutkan di atas akan lebih besar kemungkinannya dalam pengelolaan pendidikan yang berbasis sekolah School – Based Management (SBM), salah satu bentuk pengelolaan yang kelak akan dilakukan oleh sekolah-sekolah dalam kerangka desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan. Kemungkinan keberhasilan bentuk pengelolaan pendidikan di sekolah seperti itu akan lebih besar jika didukung oleh pendidikan yang berbasis masyarakat Community Based Education (CBE) sehingga terjadi hubungan yang sinergi antar sekolah, orang tua, pemerintah dan masyarakat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah. Dengan demikianpendidikan diharapkan akan menjadi “lokomotif” pembangunan daerah.
Melihat pada volume informasi yang diperlukan dan dihubungkan dengan keterbatasan teknologi yang dimilki sekolah untuk mengelola informasi menyebabkan sedikit sekali terjadi perubahan di sekolah. Keadaan sekarang juga kadang bergantung pada informasi yang dimiliki seseorang di dalam kepalanya yang tidak selalu mudah untuk mengaksesnya., karena itu pada umumnya nampak bahwa kepala sekolah tidak selalu dapat mengawasi dan memanfaatkan dengan baik penyimpanan informasi di sekolah.
Pada hal untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat diperlukan penanganan informasi yang baik terutama kelak bila desentralisasi pendidikan benar-benar telah terjadi sebab: “The effective handling of information is of central important to the decision-making role of the principal. Unorganized and difficult-to-access information is the great enemy of effective schools decision making.” (Garis bawah dari penulis) Pandangan di atas menunjukkan peran yang amat penting dalam pengelolaan informasi bagi pengambilan keputusan di sekolah. Dalam perkembangannya memang amat diperlukan informasi yang cepat dan tepat bagi pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Untuk itu kedepan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi khususnya Sistem Informasi Manajemen akan diperlukan sebagai Decision Support System.
Dengan memilih bentuk pengelolaan pendidikan berbasis sekolah sebagai konsekuansi dari demokratisasi pendidikan dan dengan dukungan masyarakat maka peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah akan semakin penting. Dalam melaksanakan tugas “informational role”-nya itu kepala sekolah harus dapat menetapkan langkah-langkah kongkrit dalam pengelolaan informasi sebagai hal yang pokok dalam pengelolaan pendidikan berbasis sekolah.
Di negara-negara yang sudah maju dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, peran penting dari komputer dalam pengelolaan pendidikan telah dikenal sejak kurang dari dua dekade yang lalu seperti dikemukakan oleh Commonwealth Schools Commission in 1984 Australia misalnya yang menyediakan program komputer bagi pendidikan melalui National Computer Education Program menyatakan bahwa: “…it was argued that principals and in-school administrators should use computing systems to enchance communications between all groups involved in the functioning of the school, and to streemline administration and curriculum support.
Pengadaan perangkat komputer dan pengetahuan pemanfaatannya sudah merupakan sesuatu yang harus terutama dalam memasuki abad ke 21 dan dalam rangka mempersiapkan diri menerima wewenang otonomi pendidikan sebab paling tidak karena beberapa hal:
a. Informasi yang disimpan secara elektronik memiliki fleksibilitas dalam mengkakses dan dalam pemanfaatannya yang sudah tidak mungkin dilakukan melalui sistem penanganan informasi dengan cara lama. Komputer juga menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali dan pemutahiran informasi.
b. Komputer juga merupakan alat yang memiliki kemampuan luar biasa dalam membantu memanfaatkan informasi itu dalam rangka pengambilan keputusan dan pemecahan masalahan secara kreatif. Kemampuan komputer juga untuk memanipulasi dan menyusun kembali informasi untuk kepentingan khusus pemakai menjadikannya menjadi alat yang efektif dalam tugas menganalisis dan menanfsirkan kecenderungan yang terjadi, pengujian hipotesisi dan identifikasi kecenderungan baru program-program sekolah.
c. Dengan menempatkan komputer di bawah kendali langsung kepala sekolah akan menjadi alat yang amat ampuh untuk pengelolaan dan pemrosesan informasi sebuah kemampuan yang mengantarkan langsung informasi secara cepat kehadapan kepala sekolah dan juga kepada pimpinan lainnya.
d. Komputer sebagai alat untuk memproses informasi, dan memiliki tingkat aplikasi dalam setiap langkah proses manjemen–perencanaan, mengkumunikasikan, mengorganisasikan, pengawasan dan memotivasi.
Dengan memperhatikan berbagai hal berkenaan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk pendidikan dalam rangka otonomi daerah dan otonomi pendidikan membuka peluang yang sebaik-baiknya bagi setiap lembaga terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan untuk bekerjasama secara lebih baik dan lebih erat.

DAFTAR FUSTAKA

Adi Sasono, (2000) Pendidikan dan Teknologi Kerakyatan, Makalah disampaikan di dalam Kovensi Nasional Pendidikan Indonesia, UNJ: Jakarta.
Azis Wahab, (2000) Pengelolaan Berbasis Sekolah, Makalah disampaikan di dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, UNJ: Jakarta.
Gibson, Rowan,.(1997) Rethinking The Future, London: Nicholas Brealy Publishing.
Pandapotan, Sianipar,.(1996) Panduan Menggunakan Internet, Jakarta : Elex Media Computindo, Kelompok Gramedia
Rose,Collin and Nicholl, Malcolm J,. (1997) Accellerated Learning For The 21st Century, New York : A Dell Trade Paperback.
Turney,C et.all., (1992) The School Manager : Educational ManagementRoles and Tasks NSW Australia : Allen & Unwin.
Undang-Undang Otonomi Daerah 1999,. (1999) UU No.22 Th 1999 tentang Pemerintahan daerah, UU No.25 Th 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan UU No.28 Th.1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN. Jakarta :Sinar Grafika.
---------------------------