CABANG-CABANG DAN ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT, SERTA HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA
Filsafat
kerap kali dipandang sebagai ilmu yang abstrak, padahal filsafat ini sangat
dekat sekali dengan kehidupan kita.Filsafat bagi sebagian orang merupakan
disiplin ilmu yang kurang diminati, karena dianggap sebagai ilmu yang
membingungkan.Memang untuk para pembelajar filsafat tingkat pemula biasanya
mereka merasa sangat cemas ketika mulai memasuki bidang studi ini. Keraguan dan
kecemasan ini biasanya pelan-pelan pudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini
dan akan terasa lebih menarik lagi ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian
yang tak terpisahkan dari hidup kita.
Faktor
lain yang menyebabkan orang beranggapan bahwa filsafat itu ilmu yang
membingungkan, karena dalam mempelajari filsafat kita diarahkan untuk
menggunakan metode berpikir dalam memahami bidang kajian ilmu tersebut.
Berbicara tentang berpikir sesungguhnya erat kaitannya dengan penggunaan sebuah
potensi terpenting yang dianugerahkan Allah SWT kepada satu-satunya makhluk
yang disebut manusia. Potensi terpenting yang dimaksud di sini adalah akal .
Dalam
Al-Qur'an kata akal (al'alqlu) diungkapkan dalam kata kerja, yaitu 'aqaluh 1
ayat, ta'qilun 24 ayat, na'qilun 1 ayat, ya'qiluha 1 ayat dan ya'qilun 22 ayat.
Semua diungkap dalam bentuk kata kerja (fi'il) yang mengandung arti memahami
dan mengerti.Selain itu penggunaan kata akal dalam maknanya sebagai sifat
berpikir yang terdapat pada manusia di dalam Al-Qur'an sering juga disamakan
dengan kata 'ulu al albab (orang berpikir), 'ulul al abshar (orang
berpandangan) dan kata-kata lainnya yang mengandung arti sama yaitu berpikir.(
Sofyan Sauri, 2006: 23-26).
Salah
satu contoh ayat al-Qur'an yang di dalamnya terdapat kata akal sebagai sarana
untuk berpikir adalah firman Allah SWT : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal”. (QS. Ali-Imran : 190). Menafakkuri ayat di atas,
sebagai manusia yang telah dianugerahi Allah potensi yang berharga yaitu akal,
kita seyogyanya dapat mengoptimalkan potensi tersebut.Salah satu upaya
optimalisasi potensi akal tersebut adalah dengan mempelajari salah satu bidang
ilmu yang memang banyak melibatkan akal sebagai alat untuk berpikir yaitu
filsafat.
Kajian
filsafat itu sendiri sebetulnya bertujuan untuk menemukan kebenaran yang
sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis,
jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu yang kemudian
biasanya mempermudah kita untuk mempelajari filsafat ini secara
rinci.Sistematika filsafat biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat
yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai.Dari ketiga cabang
besar tersebut lahirlah aliran-aliran dalam filsafat. (Tafsir, 2002 : 21) Oleh
karena itu, melalui makalah ini penyusun mencoba menguraikan secara sistematis
bidang kajian filsafat yang intinya berisi tentang cabang-cabang besar dari
teori-teori di atas dan membahas secara garis besar mengenai aliran-aliran
dalam filsafat disertai bagaimana jalinan tiga disipilin ilmu yaitu
pengetahuan, filsafat dan agama.
BAB
II CABANG-CABANG FILSAFAT, ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT , JALINAN ILMU,
FILSAFAT DAN AGAMA
A.
Cabang-cabang Filsafat
Menguraikan
tentang cabang-cabang filsafat, penyusun mencoba menuangkan hasil bacaan yang
bersumber pada dua buah buku yang menjadi referensi utama, yaitu buku “Filsafat
Umum” yang ditulis Tafsir (2002) dan buku “Aliran-aliran Filsafat dan Etika”
yang ditulis oleh Juhaya (2005).
Mempelajari
filsafat memang dirasakan sangat berguna untuk memahami bagaimana manusia
berpikir.Pemikiran manusia sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh aliran
filsafat yang dianut serta yang dipahaminya. Mengingat pemikiran filsafat
sangat beragam, maka cara mudah mempelajarinya adalah dengan mengklasifikasi
aliran-aliran utamanya.
Secara
pokok sebenarnya bidang kajian filsafat berkisar pada tiga cabang besar
filsafat, yaitu : (a) Teori pengetahuan; (b) Teori hakikat; (c) Teori Nilai.
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan yang memiliki cabang
lagi yaitu epistemologi dan logika; teori hakikat membicarakan pengetahuan itu
sendiri yang kemudian disebut ontologi; dan teori nilai membicarakan guna
pengetahuan yang disebut axiologi. Dari tiga cabang besar tersebut lahirlah
cabang-cabang baru yang merupakan anak cabang yang kemudian melahirkan adanya
aliran-aliran dalam filsafat.
Penjelasan
mengenai aliran-aliran filsafat secara rinci akan diuraikan pada bagian
selanjutnya. Namun sebelum sampai kepada aliran-aliran filsafat, tentunya
secara sistematis kita harus mengulas ketiga cabang besar diatas agar lebih
memahami bagaimana objek kajian filsafat itu sebenarnya. Ketiga cabang besar
itu yakni :
Pertama,
teori pengetahuan atau disebut dengan epistemologi.Epistemologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu episteme dan logy, episteme berarti knowledge atau
pengetahuan dan logy berati teori.Oleh sebab itu epistemologi diartikan sebagai
teori pengetahuan atau filsafat ilmu.Istilah epistemologi ini untuk pertama
kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrrier pada tahun 1854. Dalam buku
Filsafat Umum yang ditulis oleh Tafsir (2002), Runes menjelaskan dalam kamusnya
(1971) epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin,
structure, methods and validity of knowledge (Runes, 1971:94).
Secara
ringkas pengertian epistemologi yang diungkapkan oleh Runes diatas mirip dengan
inti pengertian yang disampaikan Juhaya (2005) dalam bukunya “Aliran-aliran
Filsafat dan Etika”, terdapat empat persoalan pokok bidang epistemologi
tersebut yaitu : Apa pengetahuan itu? Apa sumber-sumber pengetahuan itu? Dari
manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita
mengetahuinya?Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)?
Adapun
logika dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasa Yunani
logike (kata sifat) yang berhubungan kata benda logo yang artinya pikiran atau
kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Logika secara terminologi mempunyai
arti : ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid (shahih), artinya ilmu
yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti suapaya dapat berpikir
valid.
Logika
adalah salah satu cabang filsafat yang dikembangkan oleh Aristoteles.Logika
membicarakan norma-norma berpikir benar agar memperoleh dan terbentuk
pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika: logika formal dan logika
material. Logika formal adalah logika bentuk.Logikanya ialah agar diperoleh
pengatahuan yang benar, mka bentuk berpikirnya harus benar.Soal apakah isinya
benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material.Logika mempunyai faedah
tidak hanya untuk berfilsafat tapi juga dalam bidang lainnya. Faidah itu
diantaranya : (a) logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan
prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu
pengetahuan; (b) logika menambah daya berpikir abstrak dan melatih cara
mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual; (c) logika
mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan
autoriti.
Kedua,
teori hakikat yaitu merupakan cabang filsafat yang membicarakan hakikat
sesuatu.Hakikak artinya keadaaan yang sebenarnya, hakikat sebenarnya adalah
keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan sementara yang selalu
berubah.Contoh tentang hakikat air. Air itu jika didinginkan sampai titik nol
derajat celcius maka ia akan membeku, jika dipanaskan maka ia akan menguap.
Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi,
Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain.
Cabang-cabang inilah yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang akan
dibahas juga pada halaman selanjutnya.
Ketiga,
teori nilai yaitu merupakan kerangka ketiga dalam ketiga dalam tiga kerangka
besar filsafat. Sebelum menjelaskan teori nilai, kita ungkap terlebih dahulu
apa itu nilai. Nilai artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang
karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa nilai
adalah sesuatu yang melekat pada benda dan bukan di luar benda. Teori nilai ini
mencakup dua cabang filsafat yang cukup terkenal yaitu : Etika dan Estetika.
Etika membicarakan soal baik-buruk perbuatan manusia.Sedangkan Estetika
berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum.
Tentunya
pada kesempatan ini, teori nilai tidak akan dibahas secara rinci karena secara
umum teori nilai banyak berbicara tugas etika, sifat dasar etika, objek etika,
metode etika serta pendekatan-pendekatanya, dan macam-macam etika serta dan
secara umum penjelasan estetika yang akan lebih dirinci diuraikan lagi dalam
pembahasan filsafat etika dan aliran-alirannya. Dalam referensi lain yang
penyusun temukan melalui internet, cabang-cabang filsafat ini dibicarakan lebih
spesifik oleh para pemerhati filsafat, diantara ada yang membagi filsafat ini
kedalam :
- Filsafat Alam, Obyeknya: alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
- Filsafat Analitis, yaitu Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang disajikan,
- Filsafat Bahasa Sehari-hari, yaitu yang berpandangan bahwa dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
- Filsafat Gestalt .yaitu salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
- Filsafat Kebudayaan, yaitu filsafat yang memberikan gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan kondisi-kondisinya yang esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
- Filsafat Kehidupan, yaitu filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari yang berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
B.
Aliran-aliran dalam Filsafat
Seperti
telah diungkapkan sebelumnya bahwa aliran-aliran dalam filsafat ini terlahir
dari cabang-cabang besar atau teori-teori yang menjadi kajian utama bidang
filsafat.Dari teori pengetahuan lahir cabang epistemologi. Persoalan pertama
dalam epistemologi seperti diterangkan diatas adalah tentang apa pengetahuan
itu?. Pengetahuan adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat
mengetahui sesuatu yang asalnya tidak ia ketahui. (Juhaya, 2005: 9).
Selanjutnya
persoalan kedua adalah tentang sumber pengetahuan manusia, yang kemudian lahir
aliran-aliran dalam filsafat. Menurut Louis Q. Kattsof dalam buku yang sama
mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu : (1)
Empiris yang kemudian melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan
aliran rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4)
Instuisi yang melahirkan aliran instuisme; dan (5) Metode ilmiah yang merupakan
gabungan antara aliran rasialisme dan empirisme. Metode ilmiah inilah yang
kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh
universitas di dunia ini.
Mari
kita uraikan lagi kelima aliran-aliran tersebut diatas yang sebenarnya
merupakan pokok yang menjadi fokus uraian kita pada kesempatan ini. Aliran-
aliran itu adalah :
Aliran
Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu adalah
pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704), analogi
dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena secara
pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya dingin.Dari
disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme pengetahuan itu
didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-pengalaman inderawi yang
sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena sebetulnya inderawi
memiliki keterbatasan dan terkadang menipu.Dari kelemahan ini muncul aliran
kedua yatiu aliran Rasionalisme.
Aliran
Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari
kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650).
Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran
ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi
menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-lah
yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan yang
benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan kelihatan
kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau contoh
analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah orang
yang sakit demam itu tidak normal.
Aliran
Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan didasarkan pada
sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya dan ditampakan oleh
sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah Imanuel Kant yaitu seorang
filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini adalah tetang bagaimana
memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita
demam tifus disebabkan oleh kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
Aliran
Instuisme, yatiu aliran yang berpendapat lahirnya pengetahuan yang lengkap dan
utuh tidak hanya diperoleh melalui indera dan akal tetapi butuh juga instuisi
utuk menangkap keseluruhan objek pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Henri
Bergson (1859 – 1941), aliran ini mirip dengan aliran Iluminasionesme atau
Teori Kasyf dalam ajaran Islam yaitu pengetahuan langsung dari Tuhan yang hanya
bisa diterima apabila hatinya telah bersih. Pengetahuan itu bisa didapat
melalui latihan atau “riyadhah”.Contoh dari intuisi atau pengetahuan tingkat
tinggi ini yang dimiliki oleh Nabi SAW (atas izin Allah) dapat melihat atau
mengetahui hal-hal yang ghaib, dapat mendengar orang yang disiksa di alam
kubur, menghitung tiang-tiang mesjid Al Aqsha dan sebagainya.
Metode
Ilmiah, yaitu sebuah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah ini
merupakan suatu metode yang menggabungkan antara pengalaman dan akal sebagai
pendekatan bersama dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai
penyelesaian-penyelesaian yang disarankan. Metode ilmiah diawali dengan melalui
pengamatan-pengamatan yang selanjutnya dilakukan hipotesis.Sifat yang menonjol
dari dari metode illmiah ialah digunakannya akal dan pengalaman disertai dengan
sebuah unsur baru yaitu hipotesis tadi.Bila suatu hipotesis dikukuhkan
kebenarannnya oleh contoh-contoh yang banyak jumlahnya, maka hipotesis tersebut
kemudian dapat dipandang sebagai hukum.Metode ilmiah ini pernah di praktekkan
oleh seorang ahli Astronomi yang bernama Kepler yang melakukan pengamatan
tentang posisi planet Mars.
Dalam
buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Tafsir (2002), beliau memasukkkan aliran
aliran Positivisme kedalam kelompok pengetahuan dari cabang epistemologi.Menurut
beliau aliran Positisme lahir karena merupakan gabungan antara aliran-aliran
empirisme dan rasionalisme yang sudah diuraikan diatas juga menyempurnakan
kedua aliran tersebut.Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857) yang
merupakan penganut aliran empirisme.
Aliran
inilah melahirkan science knowledge (sains/ilmu pengetahuan).Menurut aliran ini
kebenaran dapat diperoleh dengan akal didukung oleh bukti-bukti empiris yang
diukur dan diperkuat serta dipertajam oleh eksperimen.Analogi dari aliran ini
misalnya tentang panas dapat diukur dengan derajat (termometer), jauh dapat
diukur dengan meteran, berat-ringan dapat diukur oleh timbangan.
Kajian
pokok filsafat yang kedua adalah teori hakikat. Teori hakikat mempunyai
cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat
Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain.
Selanjutnya
dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi.Ontologi merupakan
cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran
ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2)
aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Berikutnya
kita akan membahas keempat aliran tersebut, yakni :
Aliran
Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda
itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu
sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang
hakikat;
Aliran
Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa
realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran,
atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan
tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu
objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi
kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan
materi bukan hakikat;
Aliran
Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua paham yang
saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme
materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan karena adanya
ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi.Tetapi dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan
menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil
misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat
kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan
kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang
tersebut.
Aliran
Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui
hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkinmengetahui hakikat
batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa
sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada,
baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
Demikian
aliran-aliran yang dilahirkan oleh ontologi yang merupakan salah satu cabang
besar yang memiliki aliran-aliran berbeda dengan kosmologi dan antropologi yang
kedua-duanya tidak memiliki cabang-cabang secara terinci.
Kosmologi
itu sendiri intinya merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal,
susunan, dan hakikat perubahan serta tujuan akhir dari jagat raya/alam besar
(kosmos).Tentang kosmologi ini ada spekulasi teori kabut, teori pasang, teori
ledakan dahsyat tentang susunan kosmos ada teori geosentris dan teori
heliosentris.
Sedangkan
Antropologi membicarakan hakikat manusia dari segi filsafat. Misalnya muncul
pertanyaan : Apa manusia itu/, Apa dan dari mana asalnya?, apa akhir dan
tujuannya?. Menurut filsafat mengenai asal manusia berdasarkan aliran
materialisme adalah materi, sedangkan menurut aliran idealisme hidup manusai
berasal dari Yang Hidup.
Filsafat
yang membicarakan Tuhan adalah Theodicea atau Theologika, yaitu membicarakan
Tuhan dari segi pikiran (akal): untuk membedakannya dari pembicaraan Tuhan dari
segi wahyu dan iman, yang pertama itu sering disebut teologi naturalis
(membicarakan Tuhan dari segi akal).
Selanjutnya
mengenai fisafat agama, filsafat hukum dan filsafat pendidikan lebih lanjut
dijelaskan secara spesifik dalam pembahasan tersendiri yang biasanya sudah
menjadi disiplin ilmu yang menjadi kajian utama dalam perkuliahan.
C.
Jalinan Ilmu, Filsafat dan Agama
Sebelum
membahas bagaimana jalinan antara ilmu, filsafat dan agama, alangkah baiknya
apabila kita mencoba kembali mengungkap definisi dari ilmu, filsafat dan agama
tersebut walaupun sebenarnya sulit sekali mengungkap sebuah definisi karena
biasanya dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang orang yang akan membuat
definisi tersebut. Demikian yang diungkapkan Juhaya (2005) ketika beliau akan
memberikan definisi-definisi tentang ilmu, filsafat dan agama.
Dalam
bukunya yang berjudul Aliran-aliran Filsafat dan Etika beliau membuat definisi
tentang ilmu, filsafat dan agama. Menurut beliau yang dimaksud dengan ilmu
adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat mengetahui sesuatu
yang asalnya tidak ia ketahui. Jadi secara umum sebenarnya ilmu itu berarti
tahu/pengetahuan.Seseorang yang banyak ilmunya bisa dikatakan sebagai seorang
ilmuwan, ulama, ahli pengetahuan dan sebagainya. Pada dasarnya ilmu/pengetahuan
mempunyai tiga kriteria, yaitu ; (a) adanya suatu sistem gagasan dalam
pikiran;(b) persesuaian antara gagasan itu dengan benda-benda sebenarnya; dan
(c) adanya keyakinan tentang persesuaian itu.
Adapun
filsafat mempunyai arti yang diambil dari kata Philosophia, kata majemuk yang
terdiri dari kata Philos yang artinya cinta atau suka dan shopia artinya
bijaksana.Dengan demikian kata filsafat memberikan pengertian cinta
kebijaksanaan.Orangnya disebut Philosopher atau Failasuf.Secara terminologis,
filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam diantaranya yang diungkapkan
Al-Farabi (wafat 950 M) seorang filsuf Muslim mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat
sebenarnya.
Sedangkan
agama memiliki arti yang berasal dari bahasa sansakerta yaitu a-gama, a=tidak;
gama=kacau; agama berarti tidak kacau. Dalam arti luas agama mempunyai makna
bahwa manusia yang beragama atau menjalankan aturan agama maka hidupnya tidak
akan kacau balau.
Lalu
bagaimana sebetulnya jalinan antara ilmu, filsafat dan agama?Marilah kita kaji
dimana titik temu antara ilmu dengan filsafat dan titik temu antara agama dan
filsafat.Ada beberapa hal dimana filsafat dan ilmu pengetahuan dapat saling
bertemu. Dalam beberapa abad terakhir, filsafat telah mengembangkan kerja sama
yang baik dengan ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya
menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha untuk menghadapi fakta-fakta
dunia dan kehidupan.Keduanya menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran terbuka
dan kemauan yang tidak memihak, untuk mengetahui hakikat kebenaran.Mereka
berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang teratur.
Ilmu
membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual yang sangat
penting untuk membangun filsafat, ilmu pengetahuan juga melakukan pengecekan
terhadap filsafat, dengan menghilangakan ide-ide yang tidak sesuai dengan
pengetahuan ilmiah.Sementara filsafat mengambil pengetahuan yang
terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan hidup
yang lebih sempurna dan terpadu.Sebagai contoh tentang konsep evolusi mendorong
kita untuk meninjau kembalai pemikiran kita hampir dalam segala bidang.
Kesimpulannya
kontribusi yang lebih jauh yang diberikan filsafat terhadap ilmu pengetahuan
adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang
istilah-istilah yang dipakai.Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan
penjelasan-penjelasan dan ari-arti dari objeknya masing-masing.Banyak filsuf
yang mendapat pendidikan tentang metode ilmiah dan meraka saling memupuk
perhatian dalam beberapa disiplin ilmu.
Dalam
perjalanannya filsafat dengan ilmu juga terkadang memiliki pertentangan pada
kecondongan atau titik penekanan, bukan pada penekanan yang mutlak. Penekanan
itu dapat dilihat dari perbedaan-perbedaan berikut ini, yaitu :
- Ilmu-ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba melayani seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif tidak ekslusif
- Ilmu lebih analitik dan lebih deskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik
- Ilmu menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya; sedangkan filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesa yang interpretatif
- Jika ilmu berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor pribadi, sedangkan filsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai dan juga bidang pengalaman
- Ilmu lebih menekankan kebenaran yang bersifat logis dan objektif, sedangkan filsafat bersifat radikal dan subjektif
Adapun
titik temu antara agama dan filsafat adalah baik agama maupun filsafat pada
dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai
kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama Samawi, yaitu
agama yang diwahyukan tuhan kepada nabi dan rosul-Nya.Dibalik persamaan itu
terdapat pula perbedaan antara keduanya.Dalam agama ada hal-hal yang penting,
misalnya Tuhan, kebijakan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan
lain-lain.Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat.Oleh karena hal-hal
tersebut ada-atau paling tidak-mungkin ada, karena objek penyelidikan filsafat
adalah segala yang ada dan yang mungkin ada.
Alasan
filsafat untuk menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penyelidikan
sendiri, hasil pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi
wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Lapangan
filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi dasarnya amat
berlainan. Tegasnya akan kita lihat perbedaan-perbedaan antara agama dan
filsafat sebagai berikut :
Filsafat
berdasarkan pikiran belaka, sedangkan agama berdasarkan wahyu ilahi, oleh
karena itu agama sering juga disebut kepercayaan alasannya karena yang
diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai
Dalam
filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki, manusia harus mencarinya sendiri
dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan
bathin, sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak
hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan
Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman
Agama
beralatkan kepercayaan, sedangkan filsafat berdasarkan penelitian.
Demikianlah
antara ilmu, filsafat dan agama sebenarnya mempunyai jalinan dan saling
berhubungan satu sama lain yang memiliki kesamaan yaitu mencari hakikat
kebenaran, meski ada beberapa perbedaan terutama yang berkaitan dengan objek
forma, sumber, cara pandang, hasil serta alat ukurnya. Titik temu dari ketiga
disiplin ilmu itu adalah bahwa ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen dan
pengalaman inderawi kemudian filsafat berusaha menghubungkan penemuan-penemuan
ilmu dengan maksud menemukan hakikat kebenaran dan Agama menentukan arah dalam
mendapatkan kebenaran yang hakiki itu berlandaskan pada keyakinan dan keimanan.
BAB
III KESIMPULAN
Dari
pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah sebuah ilmu
yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang. Walaupun memang sedikit rumit
bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi apabila kita dapat
mempelajarinya secara sistematik, maka akan didapat pemahaman yang komprehensif
mengenai filsafat tersebut.
Bidang
kajian filsafat secara umum dapat dibagi ke dalam tiga cabang besar yaitu :
teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Dari ketiga teori tersebut
lahirlah cabang-cabang yang kemudian di kembangkan oleh para ahli filsafat
menjadi aliran yang bermacam-macam.Filsafat dalam perkembangannya erat
kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan agama, sehingga terjadinya jalinan yang
kuat antara ketiga disiplin ilmu tersebut.ilmu menggunakan pengamatan,
eksperimen dan pengalaman inderawi kemudian filsafat berusaha menghubungkan
penemuan-penemuan ilmu dengan maksud menemukan hakikat kebenaran dan Agama
menentukan arah dalam mendapatkan kebenaran yang hakiki itu berlandaskan pada
keyakinan dan keimanan.
Akhirnya
sebagai manusia yang dianugerahi potensi berharga yaitu akal, sudah seharusnya
kita bersyukur kepada Allah SWT dengan mendaya gunakan segala potensi yang
dimiliki oleh akal tersebut melalui belajar filsafat, karena dengan filsafat
tersebut kita sebagai manusia mampu berfikir, bernalar dan memahami diri serta
lingkungannya, dan berefleksi tentang bagaimana kita sebagai seorang manusia
memandang dunia dan menata kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
- Al-Qur'an dan Terjemahnya. (1989). Departemen Agama Republik Indonesia
- Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Pendidikan Berbahasa Santun. (2006) Bandung : PT Genesindo
- Juhaya S. Praja, Prof. Dr. Aliran-aliran dalam Filsafat dan Etika. (2005). Jakarta : Prenada Media.
- Tafsir, A. (2002). Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- S. Suriasumatri, J. (2003). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
- Kebung, K. (2008). Filsafat dan Perwujudan Diri; Belajar Filsafat dan Berfilsafat. [Online]. Tersedia: http://eputobi.net/eputobi/konrad/temp/ filsafatdanberfilsafat.htm [4 September 2008]
- Liang Gie, T. (1996). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
- Sonny Keraf, A dan Dua, M. (2001). Ilmu Pengetahuan, Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar