MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK
Oleh : SAEFUL MA’MUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai teknik-teknik memahami anak atau peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes!
2. Pengertian non-tes dan jenis-jenisnya!
3. Bagaimana cara mengetahui kemampuan, bakat, permasalahan yang dihadapi siswa !
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan macam-macam teknik-teknik tes.
2. Mengetahui dan dapat menguraikan pengertian dan jenis-jenis non-tes.
3. Dapat mengetahui juga mengungkap kemampuan, bakat juga membantu siswa dalam menhadapi permasalahannya.
BAB II
TEKNIK-TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK
A. Teknik Tes
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mentes.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori.
Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu.
Penggunaan teknik dari tes bertujuan untuk:
1. Menilai kemampuan belajar murid
2. Memberikan bimbingan belajar kepada murid
3. Mengecek kemampuan belajar
4. Memahami kesulitan-kesulitan belajar
5. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar (Shertzer & Stone; 1971:235)
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan atas:
Tes intelegensi
1. Tes bakat
2. Tes kepribadian
3. Tes prestasi belajar
Untuk itu kita akan membahas satu persatu
Tes intelegensi
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.
Macam-macam tes intelegensi
1). Tes intelegensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.
2). Tes intelegensi khusus, menggambarkan taraf kemampuan seseorang secara spesifik.
3). Tes intelegensi differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemempuan tersebut.
Manfaat tes intelegensi
a. menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
b. membantu memahami sebab terjadinya masalah
c. membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d. menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa
Tes bakat
Yaitu suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengetahui kecakapan, kemampuan atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu.
Tes bakat berguna untuk membantu seseorang dalam membuat rencana dan keputusan yang bijaksana berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat seseorang, telah dikembangkan berbagai macam tes seperti:
1) Rekonik, tes ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2) Tes bakat musik, tes yang mengukur kemampuan dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi dan memori.
3) Tes bakat artistik, yaitu kemampuan menggambar, melikis dan meripa.
4) 4). Tes bakat krelikal (perkantoran), yaitu tes mengukur kecepatan dan ketelitian.
5) Tes bakat multifaktor, tes yang mengukur berbagai kemampuan khusus.
Tes ini mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:
• Berpikir verbal, yang memngungkapkan kemampuan nalar secara verbal.
• Kemampuan bilangan, kemampuan berpikir yang menggunakan angka-angka.
• Berpikir abstrak, kemampuan berpikir dengan nalar yang bersifat nonverbal tanpa angka-angka.
• Berpikir mekanik, kemempuan serta pemahaman mengenai huku-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.
Tes kepribadian
Yaitu suatu tes untuk mengetahui kepribadian seseorang yang terorganisasi secara dinamis dan sistem-sistem psikologis dalam sisi individu yang menentukan penyesuaian-penyesuain yang unik dengan lingkungan.
Kepribadian dapat diukur dengan jalan melihat:
• Apa yang seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri.
• Apa yang orang lain katakan tentang keadaan diri seseorang.
• Apa yang seseorang lakukan dalam situasi tertentu.
Tes prestasi belajar
Yaitu suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran.
Tujuan utama penggunaan tes prestasi belajar adalah agar guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan pengajaran.
Tes ini meliputi:
1) Tes diagnostik,yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
2) Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3) Tes prestasi belajar yang disusun guru.
Non-tes
Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.
Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
a. Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
• direncanakan secara sistematis
• hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
• perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis yaitu:
1) Observasi sehari-hari
2) Observasi sistematis
3) Observasi partisipatif, disini pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang damati.
4) Observasi nonpartisifatif, disini pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang yang diamati.
5) Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok.
Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:
• memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak
• memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid
• memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• catatan dibuat sendiri oleh guru
• pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi
• deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri
Deskriptif
Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
Selektif
Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.
Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang ynag diminta informasi.
Kelebihan dan kekurangan wawancara
Kelebihannya yaitu:
• merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkap keadaan pribadi murid
• dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
• dapat dilaksanakan serempak dengan kegiatan observasi
• digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Kekuranganya yaitu:
• tidak efisien, yaitu tidak dapat menghemat waktu
• sangat bergantung terhadap kesediaan kedua belah pihak
• menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
• gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
• susun kalimat sederhana tapi jelas
• hindari kata-kata yang sulit dipahami
• pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
• hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.
Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebgainya.
Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.
Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.
Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interasksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:
• murid yang populer (banyak disenangi teman).
• murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
• klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).
Sosiometri juga dapat digunakan untuk:
memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu
menentukan kelompok kerja
meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
Studi kasus
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
a. Menemukan murid yang bermasalah, contih: prestasi belajarnya sangat rendah, nakal, sering bertengkar dan sering bolos.
b. Memperoleh data
Cara untuk memperoleh data:
1. Wawancara dengan guru lain
2. Home visit, yaitu kunjungan kerumah orang tua murid
3. Wawancara langsung dengan siswa yang bersangkutan
Menganalisis data
Berbagai faktor yang mungkin terjadi penyebab anak mengalami kelainan:
kondisi keluarga yang tidak harmonis
tingkat kecerdasan rendah
motivasi belajar rendah
sering sakit-sakitan
kurang mengetahui konsep-konsep dasar atau pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu
Memberikan layanan bantuan
Apabila berdasarkan analisis ternyata faktor penyebabnya itu kurang menguasai konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran tertentu, maka caranya yaitu dengan mengajar kembali tentang konsep-konsep dasar mata pelajaran tertentu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teknik tes merupakan salah satu metode atau cara yng digunakan untuk mengukur atau mengetahui tingkat kemampuan dan kelemahan seseorang.
Teknik tes terbagi beberapa macam diantaranya:
1. Tes intelegensi
2. Tes bakat
3. Tes kepribadian
4. Tes hasil belajar
Selain itu untuk memahami perkembangan anak sebagai peserta didik digunakan Non-tes yang merupakan proses pengumpulan data untuk memahami pribadi pada umumnya bersifat kualitatif.
Macam-macam non-tes diantaranya:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Catatan anekdot
4. Autobiografi
5. Sosiometri
6. Studi khusus
Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Untuk itu kita bisa mencoba melakukan teknik tes ataupun non-tes untuk mengetahui suatu informasi yang diperlikan.
Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu :
1. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan keinginannya.
2. Lakukanlah beberapa teknik tes atau non-tes yang bisa memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
3. Lakukanlah secara kontinue/berkesinambungan untuk mengetahui keadaan siswa.
4. berikanlah bimbingan juga pengarahan tambahan atau lebih kepada siswa bila diperlukan.
DAFTAR FUSTAKA
Amti, Erman & Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tim Dosen MK Bidang Kependidikan. 2006. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Tim Dosen Bimbingan Konseling UPI
Identitas Diri Untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat dan Peranannya dalam Lingkungan Kebutuhan Dunia dan Akhirat
TEKNIK PENDIDIKAN PERSPEKTIF TEORI DAN KONSEP
TEKNIK PENDIDIKAN PERSPEKTIF TEORI DAN KONSEP
OLEH : SAEPUL MA’MUN
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
a. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).
b. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).
c. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )
d. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )
e. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).
f. Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).
g. Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
h. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).
1. Hakekat dan Teori Pendidikan
Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :
a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori
b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori.
Asumsi pokok pendidikan adalah :
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;
b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :
a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.
b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.
d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.
2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Konsep dan Makna Belajar
1. Konsep Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Belajar Menurut Pandangan Skiner.
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,
2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.
2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.
7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.
Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
2. Teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
g. Cara Belajar yang Baik
Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.
h. Strategi Mempelajari Buku Teks
Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi pelajaran.Kiatuntuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review).Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku tes tersebut.
OLEH : SAEPUL MA’MUN
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
a. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).
b. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).
c. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )
d. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )
e. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).
f. Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).
g. Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
h. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).
1. Hakekat dan Teori Pendidikan
Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :
a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori
b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori.
Asumsi pokok pendidikan adalah :
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;
b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :
a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.
b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.
d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.
2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Konsep dan Makna Belajar
1. Konsep Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Belajar Menurut Pandangan Skiner.
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,
2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.
2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.
7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.
Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
2. Teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
g. Cara Belajar yang Baik
Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.
h. Strategi Mempelajari Buku Teks
Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi pelajaran.Kiatuntuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review).Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku tes tersebut.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (Guru Dan Karyawan)
Guru dan karyawan perlu dikelola dengan baik sehingga memiliki kompetensi yang cukup dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Berdasar pada pendapat M. Uzer Usman bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kterampilan-keterampilan khusus sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik, diantara keterampilan itu adalah :
Keterampilan bertanya (question skill),
Keterampilan memberi penguatan (reinforcemen skill),
Keterampilan megadakan variasi (variation skill),
Keterampilan menjelakan (explanation and closure),
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
Keterampilan mengelola kelas,
g. Keterampilan mengajar perseorangan.
Berdasarkan pendapat tentang keterampilan guru sebagai pengajar, maka kompetensi guru dapat dirumuskan kedalam empat kemampuan yakni. (1) merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran sesuai mata pelajaran yang dibinanya.
Berdasarkan penjelasan di teori atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud efektivitas kerja kepala sekolah adalah ketepatan pekerjaan yang dilakuan kepala sekolah dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Indikator yang dapat diukur dari variabel ini adalah : 1. perencanaan, 2. pengorganisasian, 3. pelaksanaan kerja, dan 4. pencapaian target.
Manajemen keuangan
Pengelolaan keuangan sangat sensitif dirasakan oleh semua pihak menakala dilakukan secara tidak transparan dan tepat penggunaannya. Keuangan sekolah (lembaga) merupakan bagian dari uapaya pemberian kompensasi kepada seluruh pegawai. Masalah kompensasi berkaitan dengan konsistensi internal dan konsistensi internal dan konsistensi eksternal. Konsestensi internal berkaitan dengan tingkat relatif struktur pengajian dalam organisasi dibandingkan dengan struktur pengajian yang berlaku di luar organisasi. Keseimbangan antara konsistensi internal dan eksternal dianggap penting untuk diperhatikan guna menjamin perasaan puas, dan para pekerja tetap termotivasi, secara efektivitas bagi organisasi secara keseluruhan. Kompensasi imbalan tidak hanya menuntut agar semua kelompok terwakili dalam tenaga kerja, tetapi juga menuntut agar semua kelompok tersebut terwakili dalam berbagai jabatan (khusunya pekerjaan-pekerjaan manajemen dan profesional dengan gaji tinggi).
Manajemen Kurikulum
Untuk menyelenggarakan dan melaksanakan program pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang ideal, diperlukan penciptaan kurikulum yang tepat dan efektif sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan pasar, kurikulum adalah content dalam proses pendidikan dan merupakan inti yang akan diberikan kepada siswa, oleh karenanya evaluasi, pembenahan dan pengelolaan kurikulum mesti dilakukan secara kontinyi dan berkesinambungan.
Manajemen Prasaran Sekolah
Dalam pelaksanaan pendidikan tidak semata-mata hanya interaksi antara guru dengan siswa, tetapi untuk menunjang percepatan target diperlukan media dan prasarana yang lengkap sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran. Manajemen prasarana sekolah ini sangat diperlukan guna menjamin tersedianya media belajar yang lengkap dan aman, yaitu seperti gedung sekolah, computer, meja kursi, buku, dan alat peraga lainnya.
Manajemen Hubungan Eksternal
Dalam berinteraksi dengan orang lain keterampilan ini dapat dipergunakan untuk mempengaruhi pemimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan. Kemampuan menggugah orang lain , Mustaqim (2001: 156-157) menyatakan :
Pengaruh (melakukan taktik untuk melakukan persuasi), komunikasi (mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan), manajemen konflik (kemampuan bernegosiasi dan pemecahan silang pendapat), kepemimpinan/ leadership (membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok), katalisator perubahan (kemampuan memulai dan mengelola perubahan), membangun hubungan (kemampuan menumbuhkan hubungan yang bermanfaat), kolaborasi (bekerja sama dengan orang lain demi tujuan), kemampuan tim (menciptakan sinergi kelompok).11
Guru dan karyawan perlu dikelola dengan baik sehingga memiliki kompetensi yang cukup dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Berdasar pada pendapat M. Uzer Usman bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kterampilan-keterampilan khusus sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik, diantara keterampilan itu adalah :
Keterampilan bertanya (question skill),
Keterampilan memberi penguatan (reinforcemen skill),
Keterampilan megadakan variasi (variation skill),
Keterampilan menjelakan (explanation and closure),
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
Keterampilan mengelola kelas,
g. Keterampilan mengajar perseorangan.
Berdasarkan pendapat tentang keterampilan guru sebagai pengajar, maka kompetensi guru dapat dirumuskan kedalam empat kemampuan yakni. (1) merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran sesuai mata pelajaran yang dibinanya.
Berdasarkan penjelasan di teori atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud efektivitas kerja kepala sekolah adalah ketepatan pekerjaan yang dilakuan kepala sekolah dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Indikator yang dapat diukur dari variabel ini adalah : 1. perencanaan, 2. pengorganisasian, 3. pelaksanaan kerja, dan 4. pencapaian target.
Manajemen keuangan
Pengelolaan keuangan sangat sensitif dirasakan oleh semua pihak menakala dilakukan secara tidak transparan dan tepat penggunaannya. Keuangan sekolah (lembaga) merupakan bagian dari uapaya pemberian kompensasi kepada seluruh pegawai. Masalah kompensasi berkaitan dengan konsistensi internal dan konsistensi internal dan konsistensi eksternal. Konsestensi internal berkaitan dengan tingkat relatif struktur pengajian dalam organisasi dibandingkan dengan struktur pengajian yang berlaku di luar organisasi. Keseimbangan antara konsistensi internal dan eksternal dianggap penting untuk diperhatikan guna menjamin perasaan puas, dan para pekerja tetap termotivasi, secara efektivitas bagi organisasi secara keseluruhan. Kompensasi imbalan tidak hanya menuntut agar semua kelompok terwakili dalam tenaga kerja, tetapi juga menuntut agar semua kelompok tersebut terwakili dalam berbagai jabatan (khusunya pekerjaan-pekerjaan manajemen dan profesional dengan gaji tinggi).
Manajemen Kurikulum
Untuk menyelenggarakan dan melaksanakan program pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang ideal, diperlukan penciptaan kurikulum yang tepat dan efektif sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan pasar, kurikulum adalah content dalam proses pendidikan dan merupakan inti yang akan diberikan kepada siswa, oleh karenanya evaluasi, pembenahan dan pengelolaan kurikulum mesti dilakukan secara kontinyi dan berkesinambungan.
Manajemen Prasaran Sekolah
Dalam pelaksanaan pendidikan tidak semata-mata hanya interaksi antara guru dengan siswa, tetapi untuk menunjang percepatan target diperlukan media dan prasarana yang lengkap sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran. Manajemen prasarana sekolah ini sangat diperlukan guna menjamin tersedianya media belajar yang lengkap dan aman, yaitu seperti gedung sekolah, computer, meja kursi, buku, dan alat peraga lainnya.
Manajemen Hubungan Eksternal
Dalam berinteraksi dengan orang lain keterampilan ini dapat dipergunakan untuk mempengaruhi pemimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan. Kemampuan menggugah orang lain , Mustaqim (2001: 156-157) menyatakan :
Pengaruh (melakukan taktik untuk melakukan persuasi), komunikasi (mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan), manajemen konflik (kemampuan bernegosiasi dan pemecahan silang pendapat), kepemimpinan/ leadership (membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok), katalisator perubahan (kemampuan memulai dan mengelola perubahan), membangun hubungan (kemampuan menumbuhkan hubungan yang bermanfaat), kolaborasi (bekerja sama dengan orang lain demi tujuan), kemampuan tim (menciptakan sinergi kelompok).11
materi manajemen pendidikan
KONSEP MANAJEMEN
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan mutu, Joseph. M. Juran yang pikiran-pikirannya begitu terkenal dan berpengaruh di Jepang sehingga pada tahun 1981 dia dianugerahi Order of the Sacred Treasure oleh Kaisar Jepang, mengemukakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:101). Salah satu bentuk manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management in Education (TQME).
Manajemen sekolah seyogyanya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari sekolah mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang sistem pendidikan di sekolah, perlu diketahui tentang konsep dasar sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk membahas penerapan TQME pada sistem pendidikan modern di Indonesia.
Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. (Fandi, 1995 dalam M.N Nasution, 2001:28). Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utama TQM, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap qualities, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan kerkesinambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, dan ketertiban serta pemberdayaan karyawan. (Goetsch dan Davis, 1994 dalam M.N. Nasution, 2000:29-30). Ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu : kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan (Hensler dan Brunnel dalam M.N Nasution, 2001:33-34).
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. (Vincent Gaspersz,2000:1)
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri dan manajemen sistem industri ditunjukkan dalam Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem industri terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep sistem industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal dari pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan, sedangkan manajemen sistem industri memproses informasi yang berasal dari sistem industri, pelanggan, dan lingkungan melalui proses manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan manajemen guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri.
Berdasarkan konsep manajemen sistem industri modern di atas, maka setiap lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam sistem industri harus memiliki kemampuan solusi masalah-masalah industri yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut. (Vincent Gaspersz,2000:1)
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini Usman, 2002).
Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai community learning center; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal 2 Mei 2002, bertepatan hari pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat
Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembvangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip :
1. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
4. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
5. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat. (Hand out, pelatihan calon kepala sekolah :2000)
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control. Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut :
a. School review. Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua
siswa dan siswa sendiri ?
2. Bagaimana prestasi siswa ?
3. Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
4. Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
b. Benchmarking : Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga. Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1. Seberapa baik kondisi kita?
2. Harus menjadi seberapa baik?
3. Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
1. Tentukan fokus
2. Tentukan aspek/variabel atau indikator
3. Tentukan standar
4. Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
5. Bandingkan standar dengan kita
6. Rencanakan target untuk mencapai standar
7. Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target
c. Quality assurance; Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :
1. Merupakan umpan balik bagi sekolah
2. Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :
1. Menekankan pada kualitas hasil belajar
2. Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus
3. Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.
4. Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
d. Quality control; Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan mutu, Joseph. M. Juran yang pikiran-pikirannya begitu terkenal dan berpengaruh di Jepang sehingga pada tahun 1981 dia dianugerahi Order of the Sacred Treasure oleh Kaisar Jepang, mengemukakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:101). Salah satu bentuk manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah TQM (total quality management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management in Education (TQME).
Manajemen sekolah seyogyanya memahami pula perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari sekolah mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum membahas tentang sistem pendidikan di sekolah, perlu diketahui tentang konsep dasar sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk membahas penerapan TQME pada sistem pendidikan modern di Indonesia.
Total quality manajement merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. (Fandi, 1995 dalam M.N Nasution, 2001:28). Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utama TQM, yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap qualities, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan kerkesinambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan, dan ketertiban serta pemberdayaan karyawan. (Goetsch dan Davis, 1994 dalam M.N. Nasution, 2000:29-30). Ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu : kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan (Hensler dan Brunnel dalam M.N Nasution, 2001:33-34).
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. (Vincent Gaspersz,2000:1)
Agar peningkatan proses industri dapat berjalan secara konsisten, maka dibutuhkan manajemen sistem industri, yang pada umumnya akan dikelola oleh lulusan perguruan tinggi. Konsep sistem industri dan manajemen sistem industri ditunjukkan dalam Gambar 1. Dari Gambar 1 tampak bahwa manajemen sistem industri terdiri dari dua konsep, yaitu: (1) konsep manajemen dan (2) konsep sistem industri. Suatu sistem industri mengkonversi input yang berasal dari pemasok menjadi output untuk digunakan oleh pelanggan, sedangkan manajemen sistem industri memproses informasi yang berasal dari sistem industri, pelanggan, dan lingkungan melalui proses manajemen untuk menjadi keputusan atau tindakan manajemen guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem industri.
Berdasarkan konsep manajemen sistem industri modern di atas, maka setiap lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja dalam sistem industri harus memiliki kemampuan solusi masalah-masalah industri yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar menghasilkan keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tersebut. (Vincent Gaspersz,2000:1)
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-input analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini Usman, 2002).
Berdasarkan penyebab tersebut dan dengan adanya era otonomi daerah yang sedang berjalan maka kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based management) dimana sekolah diberikan kewenangan untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) di mana terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai community learning center; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan. Selain itu pada tanggal 2 Mei 2002, bertepatan hari pendidikan nasional, pemerintah telah mengumumkan suatu gerakan nasional untuk peningkatan mutu pendidikan, sekaligus menghantar perluasan pendekatan Broad Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat
Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c) Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang dikembvangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Manajemen Peningkatan Mutu memiliki prinsip :
1. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
2. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
3. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
4. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
5. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat. (Hand out, pelatihan calon kepala sekolah :2000)
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality control. Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan sebagai berikut :
a. School review. Suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan. School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua
siswa dan siswa sendiri ?
2. Bagaimana prestasi siswa ?
3. Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
4. Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
b. Benchmarking : Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga. Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1. Seberapa baik kondisi kita?
2. Harus menjadi seberapa baik?
3. Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
1. Tentukan fokus
2. Tentukan aspek/variabel atau indikator
3. Tentukan standar
4. Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
5. Bandingkan standar dengan kita
6. Rencanakan target untuk mencapai standar
7. Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target
c. Quality assurance; Suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah.Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :
1. Merupakan umpan balik bagi sekolah
2. Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :
1. Menekankan pada kualitas hasil belajar
2. Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus
3. Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.
4. Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.
d. Quality control; Suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
silabi sosiologi pendidikan
SILABI PERKULIAHAN
NAMA MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
KODE :
PROGRAM STUDI : S.2/MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
SKS : 3
DOSEN : DR. SAEPUL MA’MUN, S.Pd,. M.Pd
1. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini dilaksanakan pada semester satu/dua pada program S-2, yang termasuk kelompok Mata Kuliah Landasan Keilmuan (MKLK). Mata kuliah ini bertumpu pada sub disiplin Teori Manajemen yang berorientasi pada perspektif makro dengan focus kerja dan sikap serta kemampuan manajemen secara menyeluruh dalam mencapai tujuannya. Unit kajian utamanya adalah manajemen itu sendiri khususnya manajemen pendidikan. Oleh karena itu unsur utama kajian mata kuliah ini struktur dan desain manajemen yang berkaitan dengan aspek manajer dalam manajemen pendidikan serta perkembangannya guna meningkatkan efektifitas manajemen yang bersangkutan.
2. TUJUAN UMUM MATA KULIAH
Tujuan mata kuliah ini adalah membekali para mahasiswa dengan pengetahuan tentang cara bagaimana manajemen dapat di implementasikan berdasarkan bukti ilmiah serta merupakan pengetahuan tersebut untuk membangun atau mengubah konsep manajemen bagi tujuan manajemen dan kemampuan yang ditunjukan melalui manajerialnya untuk menerapkan konsep maupun implementasinya dalam mengembangkan manajmen pendidikan
3. TUJUAN KHUSUS MATA KULIAH
Setelah selesai mengikuti perkuliahaan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk:
Memahami definisi, fondasi, asumsi, kaidah dan dalil sehubungan dengan manajmen, khususnya struktur dan desain dalam konsep, teori, dan implementasi manajemen pendidikan
Memahami hubungan fungsional antara konsep, teori, dan implementasi dengan teknologi, strategi, lingkungan, dan power controll serta manfaat manajemen
Menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep, teori, dan implementasi manajemen pendidikan pada isu-isu mutahir seperti manajemen, kepemimpinan, hubungan kemanusian, manjemen lingkungan organisasi.
4. BENTUK PERKULIAHAN
Kegiatan perkuliahan berorientasi pragmatik dengan mengupayakan pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan berlaku di dalam bidang manajemen pendidikan dengan kegiatan yang meliputi:
1. Kuliah dan diskusi kelas
2. Analisis kasus
3. Tugas-tugas dan presentase di kelas
5. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, dan Inkuiri dan Pemecahan
masalah
2. Tugas : Penyusunan dan Penyajian Makalah, Review buku dan jurnal,
dan diskusi
3. Media : OHP, LCD / Power Pont, Vidio
6. EVALUASI
Evaluasi hasil perkuliahan dilakukan melalui :
1. Kehadiran
2. Laporan Buku/Jurnal
3. Makalah
4. UTS
5. UAS
Bobot :
- Laporan buku / Makalah : 30%
- Presentase / Partisipasi : 20%
- UTS : 20%
- UAS : 30%
7. POKOK BAHASAN DAN ACARA PERKULIAHAN
1
PERTEMUAN KE 1
:
Pendahuluan, Pengantar perkuliahan, Rencan perkuliahan, Review konsep, dan deskripsi mata kuliah.
2
PERTEMUAN KE 2
:
Soiologi Sebagai Pendekatan Studi Pendidikan, Perspektif Sosiologi Pendidikan, Paradigma Baru Pendidikan, Perspektif Struktural Fungsional dan Pendidikan, Konteks Sosial, Analisis Struktural Fungsional, Matodologi, Tokoh Perspektif Fungsional, Desain Pembelajaran dalam Perspektif.
3
PERTEMUAN KE 3
:
Teori Konpliks, Perkembangan Kapitalisme, Masyarakat Industri dan Pendidikan, Pendidikan dan kapitalisme, Pendidikan Stratifikasi Sosial, Pendidikan dan Reproduksi Sosial, Teori Marxis, Rekonstruksi Pedagogi Kritis.
4
PERTEMUAN KE 4
:
Pemikiran Pendidikan Perspektif Konstruksionis, Tokoh Perspektif Konstruksionis, Pendidikan dalam Perspektif Konstruksionisme, Pendidikan Multikultural, Peran Pendidikan dalam Perubahan Sosial.
8. TUGAS YANG HARUS DIKUMPULKAN
1. Tugas Makalah Individual
2. Tugas Makalah Kelompok/Perorangan yang dipresentasikan
3. Tugas Laporan Buku/Chapter Report
9. SUMBER/REFERENSI
1. Agnew, John dan Carlo Brusa, New Rules for National Identity? The Northern League and Polotical Identity In Contemporaly Northern Italy, dalam National Identitis, Vol. 1, Number 2, July 1999.
2. Althusser, Louis. “Ideology and Ideological State Apparatuces (Notes towards an Investigation”. Monthly Review Press, 1994.
3. Bellah, Robert N. Emile Durkheimon Morality and Society. Chicago: The university of Chicago Press, 1973.
4. Bertalan, John “ Student Diversity Projects,” dalam Multicultural Education, Spring 2004.
5. Craib, Ian. Teori-Teori Social Modern: dari Parsons sampai Habermas. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
6. Dant, Tim. Knowledge, ideology and Discourse: A Sociological Perspective. New York: Rouletdge, 1991.
7. Fukuyama, Francis, The Great Disruption: Human Nature and The Reconstruction of Social Order, New York: The Free Press, 1999.
8. Gardner, John, edt, Assessment and Learning, London: Sage Pub, 2006.
9. Hendarto, Heru. “Mengenai Konsep Hegemoni Gramsci”, dalam Tim Redaksi Driyarkara (peny.), Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
10. Joseph, Martin. Sociology for Everyone. Cambridge: Polity Press.
11. Keller, Suzanne. Penguasa dan Kelompok Elit: Peranan Elit Penentu Dalam Masyarakat Modern. Jakarta: Rajawali Pers, 1984.
12. Meighan, Roland dan Clive Harber, A Sociology of Educating, United States: Holt, Renehart and Winson Ltd., ed.5, 2007.
13. Mills, C. Wright. The Sociological Imagination. New York: Oxford University Press, 2000.
14. Noer, Deliar, Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: MIzan, 1996.
15. Ritzer, George. Sociology Theory. New York: Mc Graw-Hill Company, 1996.
16. Siahan, Hotman M., Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 1986.
17. Tilaar, H.A.R. Mengindonesia: Etnisitas Bangsa Indonesia, Sebuah tinjauan dari perspektif Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
18. Waters, Malcolm, Modern Sociological Theory. London: Sage Publications, 1994.
19. Zizek, Slavoj, Mapping Ideology. London-New York: Verso, 1994.
NAMA MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
KODE :
PROGRAM STUDI : S.2/MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
SKS : 3
DOSEN : DR. SAEPUL MA’MUN, S.Pd,. M.Pd
1. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini dilaksanakan pada semester satu/dua pada program S-2, yang termasuk kelompok Mata Kuliah Landasan Keilmuan (MKLK). Mata kuliah ini bertumpu pada sub disiplin Teori Manajemen yang berorientasi pada perspektif makro dengan focus kerja dan sikap serta kemampuan manajemen secara menyeluruh dalam mencapai tujuannya. Unit kajian utamanya adalah manajemen itu sendiri khususnya manajemen pendidikan. Oleh karena itu unsur utama kajian mata kuliah ini struktur dan desain manajemen yang berkaitan dengan aspek manajer dalam manajemen pendidikan serta perkembangannya guna meningkatkan efektifitas manajemen yang bersangkutan.
2. TUJUAN UMUM MATA KULIAH
Tujuan mata kuliah ini adalah membekali para mahasiswa dengan pengetahuan tentang cara bagaimana manajemen dapat di implementasikan berdasarkan bukti ilmiah serta merupakan pengetahuan tersebut untuk membangun atau mengubah konsep manajemen bagi tujuan manajemen dan kemampuan yang ditunjukan melalui manajerialnya untuk menerapkan konsep maupun implementasinya dalam mengembangkan manajmen pendidikan
3. TUJUAN KHUSUS MATA KULIAH
Setelah selesai mengikuti perkuliahaan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk:
Memahami definisi, fondasi, asumsi, kaidah dan dalil sehubungan dengan manajmen, khususnya struktur dan desain dalam konsep, teori, dan implementasi manajemen pendidikan
Memahami hubungan fungsional antara konsep, teori, dan implementasi dengan teknologi, strategi, lingkungan, dan power controll serta manfaat manajemen
Menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep, teori, dan implementasi manajemen pendidikan pada isu-isu mutahir seperti manajemen, kepemimpinan, hubungan kemanusian, manjemen lingkungan organisasi.
4. BENTUK PERKULIAHAN
Kegiatan perkuliahan berorientasi pragmatik dengan mengupayakan pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan berlaku di dalam bidang manajemen pendidikan dengan kegiatan yang meliputi:
1. Kuliah dan diskusi kelas
2. Analisis kasus
3. Tugas-tugas dan presentase di kelas
5. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, dan Inkuiri dan Pemecahan
masalah
2. Tugas : Penyusunan dan Penyajian Makalah, Review buku dan jurnal,
dan diskusi
3. Media : OHP, LCD / Power Pont, Vidio
6. EVALUASI
Evaluasi hasil perkuliahan dilakukan melalui :
1. Kehadiran
2. Laporan Buku/Jurnal
3. Makalah
4. UTS
5. UAS
Bobot :
- Laporan buku / Makalah : 30%
- Presentase / Partisipasi : 20%
- UTS : 20%
- UAS : 30%
7. POKOK BAHASAN DAN ACARA PERKULIAHAN
1
PERTEMUAN KE 1
:
Pendahuluan, Pengantar perkuliahan, Rencan perkuliahan, Review konsep, dan deskripsi mata kuliah.
2
PERTEMUAN KE 2
:
Soiologi Sebagai Pendekatan Studi Pendidikan, Perspektif Sosiologi Pendidikan, Paradigma Baru Pendidikan, Perspektif Struktural Fungsional dan Pendidikan, Konteks Sosial, Analisis Struktural Fungsional, Matodologi, Tokoh Perspektif Fungsional, Desain Pembelajaran dalam Perspektif.
3
PERTEMUAN KE 3
:
Teori Konpliks, Perkembangan Kapitalisme, Masyarakat Industri dan Pendidikan, Pendidikan dan kapitalisme, Pendidikan Stratifikasi Sosial, Pendidikan dan Reproduksi Sosial, Teori Marxis, Rekonstruksi Pedagogi Kritis.
4
PERTEMUAN KE 4
:
Pemikiran Pendidikan Perspektif Konstruksionis, Tokoh Perspektif Konstruksionis, Pendidikan dalam Perspektif Konstruksionisme, Pendidikan Multikultural, Peran Pendidikan dalam Perubahan Sosial.
8. TUGAS YANG HARUS DIKUMPULKAN
1. Tugas Makalah Individual
2. Tugas Makalah Kelompok/Perorangan yang dipresentasikan
3. Tugas Laporan Buku/Chapter Report
9. SUMBER/REFERENSI
1. Agnew, John dan Carlo Brusa, New Rules for National Identity? The Northern League and Polotical Identity In Contemporaly Northern Italy, dalam National Identitis, Vol. 1, Number 2, July 1999.
2. Althusser, Louis. “Ideology and Ideological State Apparatuces (Notes towards an Investigation”. Monthly Review Press, 1994.
3. Bellah, Robert N. Emile Durkheimon Morality and Society. Chicago: The university of Chicago Press, 1973.
4. Bertalan, John “ Student Diversity Projects,” dalam Multicultural Education, Spring 2004.
5. Craib, Ian. Teori-Teori Social Modern: dari Parsons sampai Habermas. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
6. Dant, Tim. Knowledge, ideology and Discourse: A Sociological Perspective. New York: Rouletdge, 1991.
7. Fukuyama, Francis, The Great Disruption: Human Nature and The Reconstruction of Social Order, New York: The Free Press, 1999.
8. Gardner, John, edt, Assessment and Learning, London: Sage Pub, 2006.
9. Hendarto, Heru. “Mengenai Konsep Hegemoni Gramsci”, dalam Tim Redaksi Driyarkara (peny.), Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
10. Joseph, Martin. Sociology for Everyone. Cambridge: Polity Press.
11. Keller, Suzanne. Penguasa dan Kelompok Elit: Peranan Elit Penentu Dalam Masyarakat Modern. Jakarta: Rajawali Pers, 1984.
12. Meighan, Roland dan Clive Harber, A Sociology of Educating, United States: Holt, Renehart and Winson Ltd., ed.5, 2007.
13. Mills, C. Wright. The Sociological Imagination. New York: Oxford University Press, 2000.
14. Noer, Deliar, Pemikiran Politik di Negeri Barat. Bandung: MIzan, 1996.
15. Ritzer, George. Sociology Theory. New York: Mc Graw-Hill Company, 1996.
16. Siahan, Hotman M., Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 1986.
17. Tilaar, H.A.R. Mengindonesia: Etnisitas Bangsa Indonesia, Sebuah tinjauan dari perspektif Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
18. Waters, Malcolm, Modern Sociological Theory. London: Sage Publications, 1994.
19. Zizek, Slavoj, Mapping Ideology. London-New York: Verso, 1994.
Langganan:
Postingan (Atom)