asas manajemen

Komplektisitas yang tinggi atas masalah-masalah seperti ini menuntut pengetahuan spesialisasi di berbagai lapangan. Kebutuhan, digabungkan dengan kenyataan bahwa keputusan tersebut akhirnya harus diterima dan diimplementasikan oleh banyak unit di seluruh organisasi, telah meningkatkan penggunaan pendekatan kolektif untuk proses pengambilan keputusan.
Dalam pertemuan inter-organisasi, banyak manajer diikutsertakan berpartisipasi dalam upaya bekerjasama yang melibatkan suatu proses pengambilan keputusan bersama diantara orang di masing-masing posisi kunci dimana masalah tersebut terjadi. Beberapa kerjasama terkonsentrasi pada keputusan bersama diantara pihak-pihak yang berkepentingan mengatasi masalah khusus, dan lainnya diarahkan untuk menghilangkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan.
ControllingPengendalian membantu manajer memonitor efektifitas perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan, serta mengambil tindakan korektif sesuai dengan kebutuhan. Organisasi menggunakan prosedur pengendalian untuk memastikan mereka membuat kemajuan yang memuaskan ke arah sasaran dan menggunakan sumberdaya mereka secara efisien.
Pengertian pengendalianStoner (1995) menyatakan bahwa pengendalian manajemen adalah merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan yang direncanakan. Sementara Mocker mendefinisikan sebagai suatu usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistim umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumberdaya perusahaan digunakan dengan cara yang seefektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan. Definisi dari Mocker ini sekaligus menggambarkan langkah-langkah yang diperlukan dalam proses pengendalian manajemen.
Mendesain Sistim PengendalianSejumlah tantangan akan dihadapai oleh manajer dalam mendesain sistim pengendalian yang menyediakan umpan balik akurat yang tepat waktu, dan ekonomis yang dapat diterima oleh anggota organisasi. Kebanyakan tantangan ini dapat dilacak sampai pada keputusan mengenai apa yang perlu dikendalikan dan seberapa sering kemampuan diukur. Masalah-masalah tersebut pada umumnya dapat dihindari dengan analisis yang menentukan “bidang prestasi kerja kunci” dan “titik-titik pengendalian strategis”.
a) Mengidentifikasi bidang prestasi kerja kunciPrestasi kerja kunci merupakan aspek-aspek unit atau organisasi yang harus berfungsi secara efektif agar unit atau organisasi secara keseluruhan dapat berhasil. Pada umumnya bidang-bidang tersebut mencakup aktivitas utama organisasi atau kelompok aktivitas berkaitan yang terjadi di seluruh organisasi atau unit.
b) Mengidentifikasi titik-titik pengendalian strategisMerupakan kegiatan menentukan titik-titk utama dalam sistim yaitu tempat pemantauan atau pengumpulan informasi akan dilaksanakan. Bila titik-titik pengendalian strategis telah dapat ditentukan letaknya, maka jumlah informasi yang harus dikumpulkan dan dievaluasi dapat banyak dikurangi.
Metode yang paling penting dan bermanfaat untuk menentukan titik-titik pengendalian strategis adalah dengan memusatkan perhatian pada unsur-unsur yang paling signifikan dalam suatu operasi tertentu. Biasanya hanya sebagian kecil saja dari aktivitas, peristiwa, individu, atau obyek dalam suatu operasi tertentu akan menyebabkan sebagian besar biaya atau masalah yang harus dihadapi oleh manajer.
Metode pengendalian anggaran
Anggaran adalah merupakan laporan kuantitatif formal mengenai sumberdaya yang disisihkan untuk melaksanakan aktivitas yang telah direncanakan selama jangka waktu tertentu. Anggaran menurut pengertian tersebut merupakan sarana yang paling luas digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas di setiap tingkat dalam sebuah organisasi.
Disamping sebagai sarana utama untuk pengendalian, anggaran juga merupakan salah satu alat utama koordinasi aktivitas dalam organisasi. Interaksi antara manajer dan karyawan yang berlangsung lama selama preses pengembangan anggaran akan membantu menetapkan dan mengintegrasikan berbagai kegiatan anggota organisasi.
a) Pusat tanggung jawabSistim pengendalian dapat dibuat untuk memonitor fungsi atau proyek organisasi. Pengendalian atas sebuah fungsi dimaksudkan untuk memastikan bahwa aktivitas tertentu (seperti produksi atau penjualan) dilaksanakan dengan benar dan tepat). Pengendalian atas sebuah proyek bertujuan untuk memastikan tercapainya hasil akhir tertentu (misalnya pengembangan produk baru atau penyelesaian sebuah gedung).
Unit organisasi atau unit fungsional yang dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas unit tersebut dinamakan “pusat tanggung jawab”. Semua pusat tanggung jawab menggunakan sumberdaya (input atau biaya) untuk menghasilkan sesuatu yang lain (output atau penghasilan). Pada umumnya, tanggung jawab diserahkan kepada “pusat penerimaan, pusat pengeluaran, pusat laba, dan/atau pusat investasi”. Keputusan biasanya tergantung pada aktifitas yang dijalankan oleh unit organisasi dan dengan cara input dan output diukur oleh sistim pengendalian.
Pusat penerimaan merupakan unit organisasi yang outputnya diukur dalam bentuk uang tetapi tidak dibandingkan secara langsung dengan biaya input. Contohnya misalnya departemen penjualan. Efektivitas pusat ini tidak dinilai berapa besar penghasilan (dalam bentuk penjualan) melebihi biaya pusat tersebut (misalnya berupa gaji atau sewa). Sebaliknya, anggaran (dalam bentuk kuota penjualan) disiapkan untuk pusat penerimaan dan kemudian angka-angka tersebut dibandingkan dengan pesanan penjualan atau penjualan yang sebenarnya. Dengan cara ini, gambaran yang bermanfaat mengenai efektifitas dari masing-masing wiraniaga atau pusat itu sendiri dapat ditentukan.Pada pusat pengeluaran/biaya, input diukur oleh sistim pengendalian dalam bentuk uang, tetapi outputnya tidak. Alasannya adalah pusat-pusat seperti ini tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan pendapatan. Contohnya adalah pemeliharaan, administrasi, pelayanan, dan bagian penelitian. Anggaran hanya disusun untuk bagia input dari operasi pusat-pusat seperti ini.
Dalam pusat laba, prestasi kerja diukur dengan angka selisih antara penghasilan (output) dengan pengeluaran (input). Ukuran seperti itu digunakan untuk menentukan sejauh mana pusat laba berfungsi secara ekonomi dan seberapa baik prestasi kerja manajernya. Sebuah pusat laba dibentuk ketika sebuah unit organisasi diberi tanggung jawab untuk mencetak laba. Dalam sebuah organisasi yang dibagi atas beberapa divisi, dengan beberapa divisi bertanggungjawab secara penuh atas lini produknya sendiri, divisi yang terpisah itu dianggap sebagai pusat laba.
Dalam pusat investasi, sistim pengendalian akan mengukur nilai uang input dan output, tetapi juga menilai perbandingan output dengan aset yang dipergunakan untuk menghasilkan output tersebut. Hal yang selalu harus diperhitungkan adalah penghasilan harus dikurangi dengan nilai penyusutan, dan memajemen harus memperhitungkan bunga yang akan diperoleh kalau uang tadi dipergunakan dalam investasi alternatif. Dengan memperhitungkan faktor-faktor tersebut, perusahaan akan memperoleh gambaran yang lebih akurat tentang profitabilitas. Manajer dapat mengetahui hasil dari suatu investasi, bukan hanya kenyataan uang yang masuk dan yang keluar.
b) Proses pembuatan anggaranProses penganggaran biasanya dimulai ketika manajer menerima ramalan ekonomi serta tujuan penjualan dan laba untuk tahun mendatang dari manajemen puncak, bersama jadwal kapan pengukuran harus diselesaikan. Ramalan dan tujuan tadi adalah merupakan pedoman bagi para manajer untuk menyusun anggaran mereka.
Proses penyusunan anggaran dapat dimulai “dari atas ke bawah” dimana anggaran ditetapkan oleh manajer puncak tanpa atau hanya sedikit berkonsultasi dengan manajer di bawahnya. Selain itu dapat disusun dari “bawah ke atas”, dimana anggaran dipersiapkan, sekurang-kurangnya pada tahap awal, oleh mereka yang harus menjalankannya. Anggaran tersebut selanjutnya diserahkan untuk disetujui oleh manajer tingkat yang lebih tinggi.
Masalah yang sering timbul dalam penyusunan anggaran adalah pada kondisi dimana sumberdaya yang dimiliki terbatas. Para manajer mungkin akan merasa khawatir bahwa mereka tidak mendapat alokasi bagian yang adil. Ketegangan dapat meningkat bilanama persaingan dengan manajer lain meningkat. Kecemasan juga dapat meningkat karena manajer mengetahui bahwa mereka akan dinilai berdasarkan kemampuan mereka untuk memenuhi atau melebihi standar yang dianggarkan.
c) Jenis-jenis anggaranDalam organisasi dikenal adanya dua jenis anggaran yaitu anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasi menunjukan barang dan jasa yang diperkirakan akan dikonsumsi oleh organisasi selama periode anggaran. Pada umunya anggaran operasi mencantumkan jumlah fisik dan angka biayanya. Tipe anggaran operasional yang paling umum adalah anggaran pengeluaran, penerimaan, dan anggaran laba.
Anggaran keuangan menyatakan secara rinci uang yang akan dikeluarkan oleh organisasi selama periode yang sama dan dari mana asal uang tersebut. Kedua tipe anggaran yang berbeda ini menyusun rencana anggaran perusahaan secara keseluruhan.
PengauditanMengaudit adalah merupakan suatu proses penilaian. Mengaudit memiliki banyak kegunaan yang penting, dari membuktikan kejujuran dan kewajaran laporan keuangan sampai menyediakan dasar penting bagi para manajer utnuk mengambil keputusan.
a) Audit eksternalSecara luas audit eksternal tradisional sebagian besar merupakan proses verifikasi yang menyangkut penilaian yang bebas (independen) atas berbagai perkiraan (accounts) dan laporan keuangan organisasi. Aset dan hutang diverifikasi, dan laporan keuangan diperiksa atas kelengkapan dan akurasinya. Tujuan auditor bukan untuk menyusun laporan keuangan perusahaan. Pekerjaaan auditor adalah melakukan verifikasi bahwa perusahaan tesebut, dalam menyusun sendiri laporan keuangannya dan dalam menilai harta serta hutangnya, telah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum dan menerapkannya dengan tepat.
Audit eksternal berlangsung setelah periode organisasi berakhir dan laporan keuangannya telah selesai disusun. Karena alasan tersebut, dan juga karena umumnya hanya memusatkan perhatian pada sepenrangkat laporan serta transaksi yang relatif terbatas, audit eksternal biasanya tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pengendalian kegiatan yang tengah berlangsung dalam organisasi.
b) Audit internalAudit internal dilaksanakan oleh anggota organisasi itu sendiri. Sasarannya adalah untuk memberikan jaminan yang pantas bahwa harta organisasi dengan benar dijaga keamanannya dan bahwa catatan-catatan keuangan penataannya dapat diandalkan dan dilakukan dengan cukup akurat untuk menyusun laporan keuangan. Audit internal juga membantu manajer untuk mengevaluasi efisiensi operasional organisasi dan prestasi kerja dari sistim kendalinya. Karena konsentrasinya pada opeasi organisasi, proses ini dikenal sebagai “audit operasional”.
Audit internal juga dapat dilaksanakan sebagai sebuah proyek yang tersendiri oleh pegawai bagian keuangan atau, pada organisasi yang besar, oleh staf audit internal purnawaktu. Jangkauan dan kedalaman audit tersebut juga sangat bervariasi, tergantung pada besarnya dan kebijakan perusahaan.
Jangkauannya bisa mulai dari survei yang relatif sempit sampai analisis laus dan komprehensif yang menjangkau lebih jauh dari penilaian atas sistim pengendalian dengan memperhatikan kebijakan, prosedur, dan penggunaan wewenang, serta mutu dan efektifvitas metode manajerial yang digunakan. Dalam peran ini terlihat bahwa proses manajemen itu memperbaiki dirinya sendiri.
Pengertian Manajemen dan Fungsi-Fungsinya(Definition and Functions of Management)
Pengertian Manajemen (Definition of Management)Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
PlanningBerbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
OrganizingOrganizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
LeadingPekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :• Mengambil keputusan• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.• Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.MotivatingMotivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
CoordinatingCoordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
ControllingControlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
ReportingAdalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
StaffingStaffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
ForecastingForecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
C. Tingkatan Manajemen (Manajemen Level).
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan :1. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
Daftar Pustaka
Dessler, G., 1997, Human Resource Management, Seventh Ed., Prentice-Hall, Inc., A Simon Schustler Company, Englewood Cliffs, New Jersey.Gibson, J.L., 1995, Organizations, 8th Ed., Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illinois.Gibson, J.L., 1995, Fundamentals of Management, 9th Ed., Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illinois.Shapiro A. C., 1994, Fundations of Multinational Financial Management, Simon & Schuster.Shimizu R., 1989, The Japanese Business Success Factors, Chikura Shobo, Tokyo.Studies, vol. 6.Stoner, James A.F., Freeman R.E., Gilbert D.R., 1995, Management, Prentice-Hall, Inc., A Simon Schustler Company, Englewood Cliffs, New Jersey.

PARADIGMA KONSEP PENDIDIKAN

KONSEP DASAR DALAM PEMBIYAAN PENDIDIKAN

SUPPLY-DEMAND (keseimbangan)
Ø Kemampuan penyediaan tenaga kerja
Ø Besarnya kebutuhan / permintaan tenaga

KONSEP BIAYA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PRODUKSI / NILAI OUT PUT
Ø Pend benda ekonsumsi
o Barang dan jasa
§ Demand ( permintaan)
· Harga, selera, jumlah uang
§ Needs (kebutuhan)
Ø Konsumen pendidikan
o Sukarela
o Kehendak orang lain
Ø Pendidikan sebagai pelayanaan umum
o UUD45 pasal 31 ayat 1 dan 2
Ø Faktor eksternal proses pendidikan
o Memutuskan memilih pendidikan
o Pendidikan berpengaruh pada semua orang
o Pendidikan alat untuk mempersamakan keadilan dan kesempatan
o Pembiayaan pendidikan dibebankan pada pemerintah

PRODUKTIFITAS PENDIDIKAN
Ø Kompensasi - Masukan yang harus
o Jumlah tamatan yang banyak
o Mutu tamatan
o Relevansi tinggi
Ø Suasana- Kegiatan pembelajaran besas
o Semangat kerja tinggi
o Kepercayaan berbagai pihak
Ø Ekonomi –
o Penyelenggaraan
o Penghasilan

MANAJEMEN DALAM TINJAUAN

DEFINISI MANAJEMEN DALAM TINJAUAN





PENDAHLUAN

Definisi

Mata kuliah manajemen pendidikan memiliki unsure kajian utama yaitu kerangka berpikir atau acuan yang dapat dipergunakan sebagai konsep dasar manajemen pendidikan yang berkenaan dengan aspek pengambilan keputusan, pengkoordinasian aktivitas, penanganan manusia, pembagian tugas dan kewenagan, evaluasi prestasi yang mengarah pada sasaran kelompok sebagai bagian dari aktivitas manajemen.
Dari segi konsep dasar manajemen berasal dari managio yaitu “penguruasan” atai managiare yaitu “melatih dalam mengatur langkah-langkah” . Manajemen sebagi ilmu, kiat, dan profesi ( Sagala : 2006 : 13). Dikatakann sebagai ilmu, menurut luther Gulick manajemen sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dan kiat menurut Follet, karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dengan menjalankan tugas. Sedangkan dikatakan profesi manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesionalnya dituntun oleh suatu kode atik. Dari sini sagala sepertinya ingin mengatakan bahwa tujuan-tujuan manajemen bisa dicapai juka memiliki sebuah metode, cara atau alat guna mencapai tujuan; alat itu yang kemudian dinamai manajemen. Dari penjelasan di atas bahwa manajemen adalah merupakan alat yang diintegrasikan dan penerapannya dengan menggunakan pendekatan analisis ilmu untuk mengatur sesuai dengan profesinya melalui yang dikembangkan disiplin ilmu.
Manajemen sering di artikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistimatis berusaha memahami mengapa dan bagaimana bekerja sama, melalui cara-cara dengan mengatur dan menjalankan tugas sebagai keahlian khusus dalam mencapai tujuan. Dalam proses manajemen ada beberapa fungsi yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controling). Dengan demikian manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala asoeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan manajmen pada mulanya belum dapat dikatakan sebagai ilmu, karena teori harus terdiri dari konsep-konsep yang sistimatis dapat menjelaskan, meramalkan dan memprediksikan apa yang akan terjadi dan membuktikan prediksi itu berdasarkan penelitian (Research). Luther Gulick (1965) dalam Fattah bahwa manajemen dapat memnuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Perjalanan suatu ilmu dan teori-teori dalam manajemen ada beberapa pengujian dengan pengalaman-pengalaman. Munculnya evolusi konsep, ide, pemikiran dalam manajemen pada 5000 tahun SM. Dibuktikan dengan adanya catatan dan tulisan untuk perdagangan dan pemerintahan. Pemanfaatan komunikasi efektif dan pengendalian yang terpusat untuk efektivitas dan efesiensi terjadi pada 300 SM – 300 Masehi. Kemudian Henry Fayol (1841-1925) mengemukakan pentingnya administrasi, Follet (1868-1933) dengan perilaku dinamikanya, Mac Weber dengan birokrasinya, Elton Mayo, Maslow, Mc. Gregor, dan Chris Argyis dengan studi perilakunya.
Manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through people). Follet, 1868-1933). Manajemen sebagai suatu seni mrmbutuhksn tiga undur, yaitu; pandangan, pengetahuan teknis, dan komunikasi (Hendry M. Botinger).
Kerangka dasar manajemen pendidikan meliputi; Philosopy, Asumtions, principle, and theory, which are basic to the study of any discipline of management (Shrode Dan Voich, 1986). Secara sederhana bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan cara berfikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawab manajer.
Falsafah seorang manajer dapat dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seorang manajer sautu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh sebab itu falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen yang merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer.
Sumber-sumber Daya
1. Manusia
2. Sarana
3. Biaya
4. Teknologi
5. Informas

Manajemen sebagai
(Ilmu, Kiat/Seni dan Profesi)
Kerangka Konsep Dasar Manajemen
Mutu
Efisiensi
Relefansi
Dan Kreativitas

Praktik Manajemen
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pemimpin (Leading)
4. Pengawasan (Controling)
Prinsip-prinsip Manajemen
(MBO, MBP, MBI, MIS)

Teori-teori Manajemen
(Teori klasik, neoklasik, modern)

Falsafah Manajemen
(Hakekat, Tujuan, orang, Kerja)

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

A. Rasional
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya operasi bilangan dalam matematika; atau membaca dan menulis dalam pelajaran bahasa. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik
B. Konsep Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgmentatautindakan.•Penilaianuntukmenentukankualitas•Pengukuranuntukmenetukankuantitas (apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/evaluasi-pembelajaran.html - 22k)
Yang dimaksud dengan evaluasi proses pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan respon dari mahasiswa dan dosen tentang penilaian proses pembelajaran serta analisisnya, sebagai dasar langkah-langkah perbaikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. (http://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dan dijelaskan lagi dari beberapa definisi evaluasi sebagai berikut :
Evaluasi adalah : suatu proses menjelaskan, memperoleh dan menyediakan data yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Baik pengukuran maupun penilaian sangat esensial bagi pengambilan keputusan pendidik.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh guru.
Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh pemarintah mapun oleh sekolah. Maka langkah selanjutnya untuk memberikan nilai pada hasil kerja siswa melalui proses pembelajaran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jenis dan bentuk evaluasi itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk mengetahui nilai yang dicapai dari hasil pembelajaran.
Hal ini beberapa definisi tentang pengukuran yang dikemukakan oleh para pakar bahwa Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang,tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengukuran adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar, misalnya pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. penilaian (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Beberapa penilaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai
2. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
3. Penilaian adalah penggunaan teknik penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah kegiatan pengukuran untuk mendapatkan suatu informasi tentang keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai cara penilaian.
Dalam meningkatkan kualitas mutu pembelajaran peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung melalui penilaian maka hasil yang diharapkan melalui outpur proses dengan melihat prestasi belajar siswa. Hal ini dapat ditelaah beberapa pendapat dari para pakar diantaranya: Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2 memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Dan Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Diperjelas oleh Nasution, (1996:17) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Demikian juga Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. hasil belajar (achievement) dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari para pendapat merkenaan pengertian di atas bahwa, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gannguan neurologist Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd ( 1985 : 14 ) : Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan , berpikir , berbicara, membaca, menulis, mengeja , atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Bagaimana pendapat anda ? Apakah anda setuju dengan penjelasan di atas tadi ? Sekarang coba bandingkan dengan defenisi dari The National Joint Committee for Learning disabilitis ( NJCLDN ) :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsic dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat.Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu ( misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional ) atau berbagai pengaruh lingkingan ( misalnya perbedaan budaya , pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik ), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Semakin jelas bukan ? Kalau kita bertanya kepada teman sesama guru , jarang kita dengar teman guru menganalisa kepada diri sendiri, selalu anak yang menjadi topic sentral masalah. Banyak penyebabnya siswa kesulitan belajar, faktornya banyak,. Kita coba belajar ke arah tersebut tahap demi tahap, dengan cara keseluruhan dapat kita implementasikan untuk tugas kita sebagai guru.
Yovan P.Putra ( 2008 : 55 ) menjelaskan : Adalah sangat penting bagi pengajar untuk menciptakan atmosfer di mana kesalahan dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses belajar dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, tanpa memberikan stigma sebagai seorang yang gagal.Kegagalan sebenarnya hanyalah konsep pikiran sadar yang mengarah pada kesadaran pribadi untuk menarik diri dari situasi yang beresiko.
Hal ini dapat diartikan sebagai pengurangan frekwensi pengujian ( yang memberikan efek tekanan mental ) atau pun kompetisi.Sebaliknya , lebih memfokuskan pada pembelajaran, eksprimen, atau bermain sambil belajar.Para penagajar akan lebih baik jika memfokuskan perhatian pada berbagai keberhasilan, peningkatan atau berbagai hal, baik yang dilakukan individu dibandingkan mencari berbagai kesalahan.
2. Perkiraan Prevalensi Kesuliatan Anak Belajar.
Prevalensi adalah persentase jumlah anak kesulitan belajar terhadap kelompok seusiannya . Hallahan, Kauffman & Lloyd ( 1985 : 15 ) mengatakan 1% sampai 30%, Lovitt ( 1989 : 17 ) mengatakan 2% sampai 30%, dan penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 siswa dari Kelas Satu sampai Kelas Enam SD DKI Jakarta terdapat prevalensi 16,52%.
Kita lihat angka prevalensi tersebut sebenarnya kecil, artinya bila ditangani sungguh-sungguh dengan kerjasama yang baik antar guru, kita punya bahasa yang satu , yakin anak yang mengalami kesulitan belajar pasti tertangani dengan serius dan baik, sumpah mati anak pasti merasa diperhatikan, dan anak merasa senang.
3. Klasifikasi kesulitan Anak Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan secara garis besar kesuliatan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yakni :
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Hal ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, dan dalam penyesuaian sosial.
b. Kesulitan belajar akademik .Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.
Kadang kala dua faktor di atas sulit juga kita mengukurnya, ada anak dalam motorik terganggu tetapi akademiknya berhasil, atau sebaliknya. Hal tersebut membuat kita semakin jelas mengetahui klasifikasinya .
Dilanjutkan lagi Dr.Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan :Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif , taktil, visual, dan koinestetik yang mengenai manusia setiap saat. Ross ( 1976 : 60 ) menjelaskan :Perhatian selektif membantu manusia jumlah rangsangan yang perlu diproses pada suatu waktu tertentu. Jika seorang akan memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang tertanggu perhatiannya. Kesulitan belajar banyak disebabkan oleh gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.
4. Penyebab Kesulitan Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman mengatakan : Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor Yakni : Internal dan Eksternal. Faktor Internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis , sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi faktor neurologis yakni :a. Faktor genetic
b. Luka pada otak ( kekurangan Oksigen )
c. Faktor Biokimia
d. Pencemaran Lingkungan
e. Gizi yang tidak memadai ( Nutrisi )
f. Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan anak.
D. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Diagnosis merupakan proses mengidentifikasi siswa dalam menelaah kesulitan dari proses kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan, yaitu (1) identifikasi hasil belajar yang belum dicapai oleh siswa, (2) identifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum mencapai hasil belajar yang telah sitentukan. Guru mengetahui tujuan pembelajaran (indicator) yang belum dikuasai oleh siswa, guru dengan mudah mengadakan remedial yang terkonsentrasi pada hal-hal yang belum dikuasai. Yang berkaitan dengan pengembangan demi kepentingan test di kelas, guru telah menggunakan berbagai pendekatan untuk mengdiagnosis kesulitan belajar siswa. Pendekatan ini akan berbeda cara penanganannya antara yang satu dengan yang lain bergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Beberapa pendekatan dalam mengdiagnosis siswa adalah:
a. Pendekatan profil materi, tujuan untuk mengdiagnosis kesulitan dalam profil penguasaan materi, dengan membandingkan penguasaan siswa yang satu dengan siswa lain terhadap satu kompetensi dasar tertentu
b. Pendekatan prasyarat pengetahuan, digunakan untuk menditeksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar tertentu
c. Pendekatan pencapaian indicator, digunakan untuk mengdiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai indokator tertentu atau indicator pencapaian hasil belajar tertentu
d. Pendekatan kesalahan konsep, digunakan untuk mengdianosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep.
e. Pendekatan pengetahuan tersetruktur, untuk mengdiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang terstruktur.
2. Tahapan penyusunan tes diagnosis
Penentuan tujuan tes, guru mempunyai tujuan
3. sad


E. Kesimpulan

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

A. Rasional
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya operasi bilangan dalam matematika; atau membaca dan menulis dalam pelajaran bahasa. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik
B. Konsep Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgmentatautindakan.•Penilaianuntukmenentukankualitas•Pengukuranuntukmenetukankuantitas (apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/evaluasi-pembelajaran.html - 22k)
Yang dimaksud dengan evaluasi proses pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan respon dari mahasiswa dan dosen tentang penilaian proses pembelajaran serta analisisnya, sebagai dasar langkah-langkah perbaikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. (http://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dan dijelaskan lagi dari beberapa definisi evaluasi sebagai berikut :
Evaluasi adalah : suatu proses menjelaskan, memperoleh dan menyediakan data yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Baik pengukuran maupun penilaian sangat esensial bagi pengambilan keputusan pendidik.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh guru.
Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh pemarintah mapun oleh sekolah. Maka langkah selanjutnya untuk memberikan nilai pada hasil kerja siswa melalui proses pembelajaran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jenis dan bentuk evaluasi itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk mengetahui nilai yang dicapai dari hasil pembelajaran.
Hal ini beberapa definisi tentang pengukuran yang dikemukakan oleh para pakar bahwa Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang,tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengukuran adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar, misalnya pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. penilaian (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Beberapa penilaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai
2. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
3. Penilaian adalah penggunaan teknik penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah kegiatan pengukuran untuk mendapatkan suatu informasi tentang keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai cara penilaian.
Dalam meningkatkan kualitas mutu pembelajaran peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung melalui penilaian maka hasil yang diharapkan melalui outpur proses dengan melihat prestasi belajar siswa. Hal ini dapat ditelaah beberapa pendapat dari para pakar diantaranya: Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2 memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Dan Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Diperjelas oleh Nasution, (1996:17) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Demikian juga Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. hasil belajar (achievement) dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari para pendapat merkenaan pengertian di atas bahwa, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gannguan neurologist Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd ( 1985 : 14 ) : Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan , berpikir , berbicara, membaca, menulis, mengeja , atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Bagaimana pendapat anda ? Apakah anda setuju dengan penjelasan di atas tadi ? Sekarang coba bandingkan dengan defenisi dari The National Joint Committee for Learning disabilitis ( NJCLDN ) :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsic dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat.Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu ( misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional ) atau berbagai pengaruh lingkingan ( misalnya perbedaan budaya , pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik ), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Semakin jelas bukan ? Kalau kita bertanya kepada teman sesama guru , jarang kita dengar teman guru menganalisa kepada diri sendiri, selalu anak yang menjadi topic sentral masalah. Banyak penyebabnya siswa kesulitan belajar, faktornya banyak,. Kita coba belajar ke arah tersebut tahap demi tahap, dengan cara keseluruhan dapat kita implementasikan untuk tugas kita sebagai guru.
Yovan P.Putra ( 2008 : 55 ) menjelaskan : Adalah sangat penting bagi pengajar untuk menciptakan atmosfer di mana kesalahan dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses belajar dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, tanpa memberikan stigma sebagai seorang yang gagal.Kegagalan sebenarnya hanyalah konsep pikiran sadar yang mengarah pada kesadaran pribadi untuk menarik diri dari situasi yang beresiko.
Hal ini dapat diartikan sebagai pengurangan frekwensi pengujian ( yang memberikan efek tekanan mental ) atau pun kompetisi.Sebaliknya , lebih memfokuskan pada pembelajaran, eksprimen, atau bermain sambil belajar.Para penagajar akan lebih baik jika memfokuskan perhatian pada berbagai keberhasilan, peningkatan atau berbagai hal, baik yang dilakukan individu dibandingkan mencari berbagai kesalahan.
2. Perkiraan Prevalensi Kesuliatan Anak Belajar.
Prevalensi adalah persentase jumlah anak kesulitan belajar terhadap kelompok seusiannya . Hallahan, Kauffman & Lloyd ( 1985 : 15 ) mengatakan 1% sampai 30%, Lovitt ( 1989 : 17 ) mengatakan 2% sampai 30%, dan penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 siswa dari Kelas Satu sampai Kelas Enam SD DKI Jakarta terdapat prevalensi 16,52%.
Kita lihat angka prevalensi tersebut sebenarnya kecil, artinya bila ditangani sungguh-sungguh dengan kerjasama yang baik antar guru, kita punya bahasa yang satu , yakin anak yang mengalami kesulitan belajar pasti tertangani dengan serius dan baik, sumpah mati anak pasti merasa diperhatikan, dan anak merasa senang.
3. Klasifikasi kesulitan Anak Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan secara garis besar kesuliatan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yakni :
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Hal ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, dan dalam penyesuaian sosial.
b. Kesulitan belajar akademik .Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.
Kadang kala dua faktor di atas sulit juga kita mengukurnya, ada anak dalam motorik terganggu tetapi akademiknya berhasil, atau sebaliknya. Hal tersebut membuat kita semakin jelas mengetahui klasifikasinya .
Dilanjutkan lagi Dr.Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan :Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif , taktil, visual, dan koinestetik yang mengenai manusia setiap saat. Ross ( 1976 : 60 ) menjelaskan :Perhatian selektif membantu manusia jumlah rangsangan yang perlu diproses pada suatu waktu tertentu. Jika seorang akan memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang tertanggu perhatiannya. Kesulitan belajar banyak disebabkan oleh gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.
4. Penyebab Kesulitan Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman mengatakan : Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor Yakni : Internal dan Eksternal. Faktor Internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis , sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi faktor neurologis yakni :a. Faktor genetic
b. Luka pada otak ( kekurangan Oksigen )
c. Faktor Biokimia
d. Pencemaran Lingkungan
e. Gizi yang tidak memadai ( Nutrisi )
f. Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan anak.
D. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Diagnosis merupakan proses mengidentifikasi siswa dalam menelaah kesulitan dari proses kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan, yaitu (1) identifikasi hasil belajar yang belum dicapai oleh siswa, (2) identifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum mencapai hasil belajar yang telah sitentukan. Guru mengetahui tujuan pembelajaran (indicator) yang belum dikuasai oleh siswa, guru dengan mudah mengadakan remedial yang terkonsentrasi pada hal-hal yang belum dikuasai. Yang berkaitan dengan pengembangan demi kepentingan test di kelas, guru telah menggunakan berbagai pendekatan untuk mengdiagnosis kesulitan belajar siswa. Pendekatan ini akan berbeda cara penanganannya antara yang satu dengan yang lain bergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Beberapa pendekatan dalam mengdiagnosis siswa adalah:
a. Pendekatan profil materi, tujuan untuk mengdiagnosis kesulitan dalam profil penguasaan materi, dengan membandingkan penguasaan siswa yang satu dengan siswa lain terhadap satu kompetensi dasar tertentu
b. Pendekatan prasyarat pengetahuan, digunakan untuk menditeksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar tertentu
c. Pendekatan pencapaian indicator, digunakan untuk mengdiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai indokator tertentu atau indicator pencapaian hasil belajar tertentu
d. Pendekatan kesalahan konsep, digunakan untuk mengdianosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep.
e. Pendekatan pengetahuan tersetruktur, untuk mengdiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang terstruktur.
2. Tahapan penyusunan tes diagnosis
Penentuan tujuan tes, guru mempunyai tujuan
3. sad


E. Kesimpulan

LANDASAN PENDIDIKAN

TELAAHAN LANDASAN PENDIDIKAN
SAEPUL MA’MUN *)



Pendahuluan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupaka rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.Landasan Kependidikan marupakan salah satu buku berbahasa Indonesia yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Buku ini berusaha memuat materi pendidikan yang relatif lengkap sesuai dengan konsep dan praktek kehidupan, sehinga bisa digunakan bagi para pendidik sehari-hari. Selanjutnya pada pembahasan buku ini bisa dijadikan rujukan untuk menegenal konsep pendidikan yang bercorak Indonesia, suatu ilmu yang bercorak (khas) guna mengembangkan manusia Indoensia yang memiliki kebudayaan geografi, serta cita-cita tersendiri, melalui penelitian-penelitian yang berkesinambungan.
Ada tujuh prinsip yang dikemukakan dalam buku ini, yaitu landasan hukum, filsafat, sejarah, sosial budaya, psikologi, ekonomi, dan profesionalisme pendidikan. Masing-masing landasan dibahas isinya dan dampak konsep pendidikan yang bersumber dari landasan tersebut.Landasan hukum pendidikan diantaranya adalah menurut UUD 1945, UU RI. Nomor 22 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional, dan beberapa Peraturan Pemerintah nomor 19 2005. Landasan hukum yang membahas perundang-undangan di Indonesia memberikan konsep, pendidikan harus bersumber pada akar kebudayaan nasional.Landasan filsafat, bangsa Indonesia mempunyai filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila. Sebagai filsafat negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada semua bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah pengembangan afeksi dari filsafat negara, sepatutnya dibina dan dikemnbangkan oleh satu tim dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.Landasan sejarah, pada landasan sejarah ini diuraikan sejarah pendidikan dunia, Indonesia pada masa perjuangan dan masa pembangunan memberikan konsep pendidikan antara lain, pendidikan dewasa ini harus berintikan pengembangan ilmu dan teknologi. Inovasi pendidikan harus bersumber pada penelitian-penelitian pendidikan di Indonesia sehingga sesuai dengan akar budaya nasional dan bukan mengadopsi konsep pendidikan asing serta tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah diwujudkan secara nyata. Budaya nasional harus dikembangkan sehingga tidak ditelan oleh budaya global dengan cara mempertontonkan nilai-nilai budaya asing yang negatif pada penayangan televisi dan internet.
Landasan sosial budaya, pada bagian ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan sosiologi, budaya masyarakat Indonesia yang dikaitkan dengan konsep pendidikan. Bahwa hubungan lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan lembaga pendidikan seharusnya sebagai agen penunjang pendidikan. Kebudayaan nasional juga seharusnya menjadi filter terhadap budaya asing yang negatif dan juga sebagai cerminan pendidikan Indonesia. Adanya kemungkinan pergeseran pardigma pendidikan dari sekolah ke masyarakat luas. Ujian negara perlu diubah menjadi ujian sekolah seiring dengan pergeseran sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi sehingga tujuan pendidikan nasional lebih mudah diwujudkan.
Landasan psikologi pembahasannya mencakup psikologi perkembangan, belajar, sosial, kesiapan belajar, dan aspek-aspek inividu melahirkan konsep sebagai berikut; teori belajar disiplin mental untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori Naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup (long life udecation), teori belajar Behaviorieme untuk membentuk perilaku nyata dan teori belajar kognitif untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Pengembangan individu harus dikembangkan dan dimotivasi agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi sehinga menjadikan manusia berkembang seutuhnya.Landasan ekonomi yang membahas peran ekonomi, fungsi, peranam produksi, dan efektifitas biaya pendidikan. Ekonomi bukan berperan utama dalam pendidikan, akan tetapi merupakan salah satu yang cukup berperan dalam pendidikan. Faktor yang paling menentukan dalam pendidikan adalah dedikasi (loyalitas), keahlian, dan ketrampilan pengelola dan pendidik.tiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sepatutnya mampu menutupi kebutuhan sekolah masing-masing dan tidak harus bergantung pada pemerintah. Manajemen sekolah mulai dari tingkat siswa, guru, dan pengurusnya sepatutnya mengetahui peran dan tugasnya masing-masing.Kemudian pada pembahasan profesionalisme pendidik yang merupakan sebuah tuntutan melahirkan konsep seperti profesi pendidik, kode etik pendidik, pengembangan dan organisasi profesi, dan penyelenggaran pendidikan.
Pengertian pendidikan yang lebih khas ialah membuat kesempatan dalam pengajaran dengan situasi yang kondusif sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi diri, minat dan bakatnya secara optimal dalam rangka mencapi tujuan pendidikan. Dengan pengertian ini hanya pendidik profesional yang dapat mendidik. Perilaku mendidik yang perlu dikembangkan antara lain adalah sebagai mitra peserta didik, disiplin permisif, berdialog dengan pikiran kritis, melakukan dialektika budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern, memberikan kesempatan kreatif, berproduksi, dan berperilaku sehari-hari yang positif terhadap peserta didik. Manajer pendidikan perlu profesional dalam bidangnya sebab manajemen pendidikan tidaklah sama dengan manajemen bisnis atau pemerintaha. Manajemen pendidikan perlu banyak strategi, metode, dan kiat sebab akhirnya akan menadikan keberhasilan terhadap peserta didik.
google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang sudah barang tentu dalam menjalankan kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya adalah adanya kurikulum.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
(1) Filosofis;(2) Psikologis;(3) Sosial-budaya;(4) Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Berikut adalah sedikit uraiannya:
Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach
Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran pendidikan rekonstruksionisme Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg
Fokus dalam aliran pendidikan Rekonstruksionisme adalah berikut ini.
a. Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan
b. .Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist
c. Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.
d. Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
e. Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
f. Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu :
a. psikologi perkembangan dan
b. psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.


3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang, Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Masing-masing aliran pendidikan memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus mempelajari semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu sistem pendidikan atau pola pembelajaran yang baik.

























Daftar Pustaka



Admin, 2006. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Situs informasi Indonesia Serba serbi Dunia Pendidikan, http://edu-articel.com/
Hidayanto, D.N, 2000. Diktat Landasan Pendidikan, Untuk Mahasiswa, Guru dan Praktisi Pendidikan, Forum Komunikasi Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda
Pasti, Y. Priyono, 2007, Menuju Pendidikan Demokratis Humanistik, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/23/Didaktika/1916660.htm
Gunarto, H, 2004. Mengusung Pendidikan Humanistik,http://www.freelists.org/archives/ppi/05-2004/msg00284.htmlO’neil, F. William, 2001. Ideoligi-Ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tjaya, Thomas Hidya, 2004. Mencari Orientasi Pendidikan,cetak/0402/04/Bentara/824931.htm
Akhmad Sudrajat, 2006, Landasan Pendidikan,http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/Filosofis Pendidikan http://pakguruonline.pendidikan.n
Made Pidarta, 2009, Landasan Ilmu Pendidikan

UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIK

UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIK
TAHUN AKADEMIK 2008/2009
Mata Kuliah : Stattistik
Dosen : Saepul Ma’mun
Mahasiswa : Program S2 Magister Manajemen Pendidikan
Hari/tanggal : Minggu / 21 Juni 2009
Sifat : Take Home
Dikumpilkan : E-mail ( Efsmamun@Gmail.com )
Waktu : 1 Minggu (28 Juni 2009)

Petunjuk :
I. Tulis identitas anda secara jelas pada lembar jawaban
II. Tulis / ketik jawaban atas soal-soal berikut secara mandiri dengan analisis dan uraian secara singkat dan jelas. (kalau perlu sertakan bagan/skema/gambar) dan sebutkan sumber/rujukan/kutipan. Nama penulis
III. Berkas ujian di E-Mailkan ke ( Efsmamun@Gmail.com )


1. Penelitian pada perusahaan PT. KAKA JAYA RAYA ingin memutasi karyawannya ke masing-masing cabang dilihat dari komposisi dan jabatannya sebagai berikut :
a. Direktur utama 1 Orang
b. Kepala departemen 45 Orang
c. Kepala divisi 65 Orang
d. Kepala bidang 180 Orang
e. Kepala cabang 3.000 Orang
f. Kepala karyawan 16.500 Orang

Pertanyaannya
a. Tentukan Rumus Populasinya ?
b. Jenis sampel yang digunakan ?
c. Tentukan presisinya ?
d. Cari rumus sampelnya ?
e. Berapa keterwakilan dari populasi untuk sampelnya ?

2. Pengujian validitas instrument yaitu variable kinerja guru, dengan jumlah responden 5 orang dan jumlah pertanyaan 2 item. Berapa yang valid dan yang tidak validnya ? (menggunakan rumus PPM) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Cari korelasi setiap butir item ?
b. Tentukan harga t hitung
c. Tentukan t table
d. Membuat keputusan

3. Penyajian reliabilitas instrument dengan metode belah dua (Split Half Method) menggunakan skala sikap /Likert. Diketahui Variabel gaya kepemimpinan, jumlah responden 5 orang, jumlah peranyaan 3 item. Data tersaji sebagai berikut :

LIHAT GAMBAR

Pertanyaannya :
1. Hitung Total Skor
2. Hitung Korelasi Rumus PPM
3. Hitung Reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman-Brown
4. Cari r table
5. Buat keputusan

4. Diketahui judul penelitian “hubungan motivasi mengajar guru dan kinerja guru terhadap mutu pendidikan. Sampel 5 orang dengan taraf signifikasi (α = 0,05) sajian data sebagai berikut :


LIHAT GAMBAR 2

Dengan langakh –langkah sebagai berikut :
1. Buat HO dan Ha dalam bentuk kalimat
2. Buat HO dan Ha dalam bentuk statistic
3. Cari nilai korelasi X1 terhadap Y
4. Cari nilai korelasi X2 terhadap Y
5. Cari nilai korelasi X1 terhadap X2
6. Cari korelasi antar variable dan korelasi ganda (RX1X2Y)
7. Menguji signifikasi F Hitung
8. Membuat Kesimpulan

5. Diketahui : pengaruh manajerial guru terhadap efektifitas mengajar dengan sajian data sebagai berikut :

LIHAT GAMBAR 3

Pertanyaannya
a. Bagaimana persamaan regresinya ?
b. Gambarkan diagram pencarnya ?
c. Gambarkan arah garis regresi ?
d. Buktikan apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial (X) terhadap efektifitas mengajar (Y) ?
e. Buktikan apakah data tersebut linier ?

UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIK

UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIK
TAHUN AKADEMIK 2008/2009
Mata Kuliah : Stattistik
Dosen : Saepul Ma’mun
Mahasiswa : Program S2 Magister Manajemen Pendidikan
Hari/tanggal : Minggu / 21 Juni 2009
Sifat : Take Home
Dikumpilkan : E-mail ( Efsmamun@Gmail.com )
Waktu : 1 Minggu (28 Juni 2009)

Petunjuk :
I. Tulis identitas anda secara jelas pada lembar jawaban
II. Tulis / ketik jawaban atas soal-soal berikut secara mandiri dengan analisis dan uraian secara singkat dan jelas. (kalau perlu sertakan bagan/skema/gambar) dan sebutkan sumber/rujukan/kutipan. Nama penulis
III. Berkas ujian di E-Mailkan ke ( Efsmamun@Gmail.com )


1. Penelitian pada perusahaan PT. KOKA JAYA RAYA ingin memutasi karyawannya ke masing-masing cabang dilihat dari komposisi dan jabatannya sebagai berikut :
a. Direktur utama 1 Orang
b. Kepala departemen 45 Orang
c. Kepala divisi 65 Orang
d. Kepala bidang 180 Orang
e. Kepala cabang 3.000 Orang
f. Kepala karyawan 16.500 Orang
Pertanyaannya
a. Tentukan Rumus Populasinya ?
b. Jenis sampel yang digunakan ?
c. Tentukan presisinya ?
d. Cari rumus sampelnya ?
e. Berapa keterwakilan dari populasi untuk sampelnya ?

2. Pengujian validitas instrument yaitu variable kinerja guru, dengan jumlah responden 5 orang dan jumlah pertanyaan 2 item. Berapa yang valid dan yang tidak validnya ? (menggunakan rumus PPM) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Cari korelasi setiap butir item ?
b. Tentukan harga t hitung
c. Tentukan t table
d. Membuat keputusan

3. Penyajian reliabilitas instrument dengan metode belah dua (Split Half Method) menggunakan skala sikap /Likert. Diketahui Variabel gaya kepemimpinan, jumlah responden 5 orang, jumlah peranyaan 3 item. Data tersaji sebagai berikut :
Nama responden
Nomor item pertanyaan
1
2
3
Reza
3
4
5
Sally
3
4
4
Jasmine
1
3
4
Reihan
2
4
3
Keiza
5
2
3
Kevin
4
3
3
Pertanyaannya :
1. Hitung Total Skor
2. Hitung Korelasi Rumus PPM
3. Hitung Reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman-Brown
4. Cari r table
5. Buat keputusan

4. Diketahui judul penelitian “hubungan motivasi mengajar guru dan kinerja guru terhadap mutu pendidikan. Sampel 5 orang dengan taraf signifikasi (α = 0,05) sajian data sebagai berikut :

No
X1
X2
Y


1
49
70
61
2
56
68
50
3
75
57
76
4
63
69
65
5
60
55
70

Dengan langakh –langkah sebagai berikut :
1. Buat HO dan Ha dalam bentuk kalimat
2. Buat HO dan Ha dalam bentuk statistic
3. Cari nilai korelasi X1 terhadap Y
4. Cari nilai korelasi X2 terhadap Y
5. Cari nilai korelasi X1 terhadap X2
6. Cari korelasi antar variable dan korelasi ganda (RX1X2Y)
7. Menguji signifikasi F Hitung
8. Membuat Kesimpulan

5. Diketahui : pengaruh manajerial guru terhadap efektifitas mengajar dengan sajian data sebagai berikut :

Kemampuan manajerial
3
2
4
1
5
Efektifitas mengajar
60
75
65
78
60
Pertanyaannya
a. Bagaimana persamaan regresinya ?
b. Gambarkan diagram pencarnya ?
c. Gambarkan arah garis regresi ?
d. Buktikan apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial (X) terhadap efektifitas mengajar (Y) ?
e. Buktikan apakah data tersebut linier ?

EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN

DALAM PROSES PEMBELAJARAN


OLEH

SAEFUL MA'MUN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer dari kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan merupakan alur dari perjalanan suatu bangsa menuju pada sebuah peradaban yang diidamkan-idamkan oleh semua umat manusia. Pendidikan merupakan upaya mendorong semua komponen masyarakat untuk komitmen dan konsisten dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah pun demikian harus komitmen dan konsisten dalam kebijakan sisitem pendidikan.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses yang melibatkan semua stakeholders dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan pada kenyataannya merupakan upaya yang tidak sederhana dan kompleks, melainkan suatu proses yang sistematis , berkesinambungan dan penuh dengan tantangan. Pendidikan akan senantiasa terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan era teknologi dan informasi. Pendidikan akan selalu menjadi sorotan publik dan bahkan akan menjadi bidikan ketidakpuasan, karena pendidikan membawa dampak yang luas menyangkut kepentingan semua orang, bukan hanya berdampak pada investasi sumber daya tetapi akan meluas pada suatu kondisi kehidupan masyarakat masa kini dan kedepan. Oleh sebab itu pendidikan memerlukan suatu upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan serta menjadi tuntutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia menuju masyarakat yang bermartabat.
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Kenyataan ini dibuktikan dengan rendahnya mutu lulusan, rendahnya minat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas dan cenderung bongkar pasang sistem kebijakan pendidikan, bahkan lebih ironis pendidikan dijadikan komoditas elit politik demi kepentingan komunitasnya, sehingga hasil yang dicapai dalam pendidikan sangat jauh dari harapan dan lebih mengecewakan masyarakat. Masyarakat terus mempertanyakan, kesesuaian relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat terutama dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal, serta dalam dinamika kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum yang mengakomodasi permintaan dunia kerja, dan guru yang profesional. Dari ketiga hal tersebut guru memiliki peran yang sangat penting. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah karena berhadapan langsung dengan siswa, dalam suatu proses pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan suber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajara yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”.


Guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator sehingga terjadi proses pembelajarn yang interaktif dan menyenangkan, peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya untuk menyerap, menggali dan menemukan konsep keilmuan maupun tata nilai yang dibelajarkan dikelas secara mandiri .
Guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan selalu berusaha untuk melaksanakan prestasi kinerjanya yang merupakan keinginan sesorang untuk berkarya yang bernilai lebih tinggi dari pada yang dicapai orang lain. Dengan demikian guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan selalu melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu. Proses pembelajaran tersebut dapat lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu atau media yang menarik dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan diminati siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami kelompok III mencoba untuk menguraikan lebih mendalam tentang media pendidikan dengan judul ” EFEKTIFITAS MANFAAT DAN FUNGSI ALAT MEDIA PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena pembahasan media pembelajaran ini cukup luas, maka kami memberi batasan hanya pada manfaat dan fungsi alat media pembelajaran saja.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
Apakah manfaat dan fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar?
Hal-hal apakah yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan efektif?
C. Definisi Oprasional
1. Memilih model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate). Heinich, (1982)
2. Fungsi media pemeblejaran khususnya media visual, yaitu :
(a) Fungsi atensi,
(b) Fungsi efektif,
(c) Fungsi kognitif, dan
(d) Fungsi kompensatoris
(Levie & Lentz, 1982)
3. Tiga fungsi utama media pembelajaran yang digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) emmotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi, Kemp & Dayton (1985 : 29).
D. Prosedur Pendekatan
Penulisan makalah ini, berdasarkan pengamatan dan analisa sebagai referensi. Sehingga pendekatan yang digunakan adalah studi literatur terhadap kajian memilih media pembelajaran dan manfaat, fungsi alat media pendidikan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektris untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diuraikan berikut ini. AECT (Association of Educatian and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Kata media pembelajaran sering digunakan secara bergantian dengan istilah alat Bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancer dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat Bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Gagne dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Dengan kata laian, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan sisiwa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin tekne (Bahasa Inggris art) dan logos (Bahasa Indonesia ilmu). Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10).

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
15. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
16. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
17. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
18. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
19. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
20. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
21. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ’simpul’ dipahami dengan langsung membuat ’simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul, mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (mendengar) kata ’simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya mnemperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap).
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan membuat siswa belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya stimulus dengar.
\Levie & Levie (1975) membaca kembali penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk mntugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hibungkan fakta dengan konsep. Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih bila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan salah satu bukti dukungan atas konsep dua coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal kemnudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experiance ( Kerucut pengalaman Dale) (dale, 1969).
Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenuis indera yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar diam, Rekaman Radio
Gambar hidup pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda tiruan/Pengamatan
Pengalaman langsung

ama

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Diagram di atas merupakan model learnig by doing yang memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan ke dalam lambang-lambang. Jika pesan yang terkandung dalam lambang-lambang tersebut maka indra dilibatkan dalam menafsirkannya semakin terbatas, yaitu indra penglihatan atau indra pendengaran. Dalam tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Pengalaman konkret dan pengalaman abstrak akan dialami silih berganti melalui; hasil belajar dari pengalaman langsung akan merubah dan memperluas jangkauan abstakei seseorang; dan sebaiknya kemampuan interpretasi lambang kata akan membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya terlibat langsung.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model learning by doing dapat memberikan respon secara langsung terhadap stimulus yang di berikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Media pembelajaran dapat dikelompokan kedalam beberapa ciri yang akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya.
Ciri-ciri tersebut dapat dilihat beirkut ini:
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property), menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property), Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
3. Ciri Distributif (Distributive Property), media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu (Gerlach & Ely, 1971)
Dari penjelasan di atas bahwa kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
C. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran yang dikembangkan ada dua unsur yang sangat penting yaitu, metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek itu berkaitan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Ada aspek lain yang perlu diperhatikan dalam memilih media, diantaranya tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran harus melihat karakteristik siswa. Dengan demikian fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat dibangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan angsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa Hamalik (1986).
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain itu dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985;3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Para ahli juga menunjukkan dampak positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktih.
4. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di manapun.
7. Lebih menumbuhkan sikap positif siswa.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Sudjana & Rivai (1992 : 2) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu;
1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2. bahan pembelajaran akan lehih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3. metode mengajar akan lebih bervarias, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebaba tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Fungsi media pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil yang diperoleh dalam proses belajar mengajar guru, sejauh mana daya serap siswa dalam menerima bahan ajar/materi yang dikembangkan oleh guru dan dapat disimpan dalam memori pengalaman-penagalaman di dalam diri siswa. Hal ini Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnay kembali.

Kemp & Dayton (1985 : 28) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivsai minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Dari uraian di atas semakin mempertegas fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulakan manfaat secara praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yang dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, dapat megarahkan perhatian, motivasi belajar, interaksi langsung siswa dengan lingkungannya yang memungkinkan dapat bekajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampaundan minatnya, serta dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
D. Memilih Media dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan yang baik. Guru harus mampu memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan yang luas mengenai media pembelajaran.
Banyak guru yang memilih salah satu media dalam kegiatan di kelasnya atas dasar pertimbangan antara lain bahwa ia sudah akrab dengan media itu, ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Perttimbangan ini diharapakan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang ia tetapkan.
Model perencanaan dalam pengunaan media yang efektif adalah model perencanaan media pembelajaran yang efektif dengan model ASSURE adalah (Analyze, Leaner characteristics, State object-tive, Select, or modify media, utilize, Rrquire leaner response, and Envaluate) (Heinich, 1982).
Model perencanaan diatas ada enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut, pertama (A) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, kedua (S) menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, ketiga (S) memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media dengan tepat, keempat (U) menggunakan materi dan media, kelima (R) meminta tanggapan dari siswa, dan keenam (E) mengevaluasi proses belajar.
Kemampuan menganalisis secara komprehensif sangat penting bagi tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Pada tingkat menyeluruh umumnya pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut:
1. hambatan pengembangan dan pembelajaran meliputi dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang terserdia (manusia dan material);
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran (penghafalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan pemikiran tingkat tinggi);
3. Hambatan dari siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal;
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar);
5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a. kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/atau audio);
b. kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (menulis, audio, dan/atau kegiatan fisik);
c. kemampuan mengakomodasikan umpan balik;
d. pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan latihan dan tes (menggunakan media yang sama)
6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.
(Arsyad, 1997 : 97-71).

Kemampauan guru dalam mempersiapkan model perencanaan pembelajaran harus mampu mengidentifikasi secara komprehensif materi ajar yang akan disampaikan pada siswa dengan melihat beberapa faktor diantaranya, sasaran yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, dan evaluasi pencapaian pembelajaran.


BAB IV
ANALISIS MASALAH

A. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengetian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi mulai dari guru sampai pada peralatan canggih. Media merupakan alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Media mempunyai ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan, yaitu:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses relajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (radio, televisi), kelompok besare, dan kelompok kecil (film, slide, vidio, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio tape/chalet, vidio recerder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan statu ilmu.
Dari uraian dan pendapat para ahli jelaslah terdapat beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Media pembelajar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil berlajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dwngan lingkungannya, dan kemungkinanan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajarn dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-p;eristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Fungsi utama media pembelajaran merupakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memory dalam ruang otaknya, dengan penglaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan.
B. Memilih Media Pembelajaran
Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisifasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam memilih media pembelajaran perlu dikembangkan dan dirancang media yang efektif agar dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar mengajar serta menjamin terjadinya pembelajaran yang lebih baik.
Pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan, sehingga harus memeperhatikan kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifarnya fakta, konsep,prinsip, atai generalisasi, praktis, lues dan bertahan, guru terampil menggunakannya, sesuai dengan sasaran, dan bermutu teknis.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Guru sebagai mediator media pembelajaran menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua fihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
2. Model learning by doing dapat memberikan respon secara lagsung terhadap stimulus yang diberikan melalui pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya, sedang tingkat partisipasi fisik tidak terpengaruh dalam proses tersebut.
3. Guru dalam mengembangkan model pemebelajaran harus mempunyai kemampuan dalam merespon suatu pengalaman-pengalaman yang diterima oleh siswa dengan melalui beberapa ruang pengalaman yang memungkinkan untuk menyimpan memori dalam ruang otaknya, dengan pengalaman baru maka ruang otak akan memanupulatif pengalaman-pengalaman dan pada akhirnya akan mentransportasikan kejadian-kejadian secara bersamaan,
4. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran untuk penyampaian pesan dan isi pelajaran.
5. Fungsi media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam menstranformasikan pengalaman-pengalaman melalui berbagai media yang dikuasai pada saat proses belajar mengajar yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan gerak motoriknya pada proses berlangsung untuk mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
6. Dalam memilih media pembelajaran, guru dapat memilih salah satu pertimbangan (a) bahwa ia sudah akrab dengan media itu, (b) ia merasa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik, (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi.
7. Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas mengingat, mengenali, dan menghubungkan fakta dan konsep.
8. Belajar dengan menggunakan indera pandang dan dengan melibatkan indera lainnya akan memberikan keuntungan yang lebih optimal dalam proses pembelajaran.
B. Rekomendasi
Makalah ini direkomendasikan untuk mahasiswa, calon guru, dan guru pada umumnya agar lebih memahami, membuat, dan menggunakan media pendidikan, sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menarik dan efektif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Banyak usaha yang bisa dikerjakan oleh guru untuk mempersiapkan media pembelajaran. Di samping memahami penggunaannya, para guru pun dituntut untuk berupaya mengembangkan keterampilan ”membuat sendiri” media yang menarik, murah, dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A. 1986. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Penerbit IKIP Ujung Pandang.

Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Penerbit: Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Education). New York: The Dryden Press, Holt, Rinerhard and Winston. Inc

Gerlach, V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic Approach. Englewood Chliffs: Prentice-Hall, Inc.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti

Heinich, R., Molenda, M. Dan Russell, J.D. 1982. Instructional Media and The New Technologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Levie, W. Howard dan Levie, Diane. 1975. Pictorial Memory Processes. AVCR Vol. 23 No. 1 Spring 1975. pp. 81-97.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.