PARADIGMA KONSEP PENDIDIKAN

KONSEP DASAR DALAM PEMBIYAAN PENDIDIKAN

SUPPLY-DEMAND (keseimbangan)
Ø Kemampuan penyediaan tenaga kerja
Ø Besarnya kebutuhan / permintaan tenaga

KONSEP BIAYA UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PRODUKSI / NILAI OUT PUT
Ø Pend benda ekonsumsi
o Barang dan jasa
§ Demand ( permintaan)
· Harga, selera, jumlah uang
§ Needs (kebutuhan)
Ø Konsumen pendidikan
o Sukarela
o Kehendak orang lain
Ø Pendidikan sebagai pelayanaan umum
o UUD45 pasal 31 ayat 1 dan 2
Ø Faktor eksternal proses pendidikan
o Memutuskan memilih pendidikan
o Pendidikan berpengaruh pada semua orang
o Pendidikan alat untuk mempersamakan keadilan dan kesempatan
o Pembiayaan pendidikan dibebankan pada pemerintah

PRODUKTIFITAS PENDIDIKAN
Ø Kompensasi - Masukan yang harus
o Jumlah tamatan yang banyak
o Mutu tamatan
o Relevansi tinggi
Ø Suasana- Kegiatan pembelajaran besas
o Semangat kerja tinggi
o Kepercayaan berbagai pihak
Ø Ekonomi –
o Penyelenggaraan
o Penghasilan

MANAJEMEN DALAM TINJAUAN

DEFINISI MANAJEMEN DALAM TINJAUAN





PENDAHLUAN

Definisi

Mata kuliah manajemen pendidikan memiliki unsure kajian utama yaitu kerangka berpikir atau acuan yang dapat dipergunakan sebagai konsep dasar manajemen pendidikan yang berkenaan dengan aspek pengambilan keputusan, pengkoordinasian aktivitas, penanganan manusia, pembagian tugas dan kewenagan, evaluasi prestasi yang mengarah pada sasaran kelompok sebagai bagian dari aktivitas manajemen.
Dari segi konsep dasar manajemen berasal dari managio yaitu “penguruasan” atai managiare yaitu “melatih dalam mengatur langkah-langkah” . Manajemen sebagi ilmu, kiat, dan profesi ( Sagala : 2006 : 13). Dikatakann sebagai ilmu, menurut luther Gulick manajemen sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dan kiat menurut Follet, karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dengan menjalankan tugas. Sedangkan dikatakan profesi manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesionalnya dituntun oleh suatu kode atik. Dari sini sagala sepertinya ingin mengatakan bahwa tujuan-tujuan manajemen bisa dicapai juka memiliki sebuah metode, cara atau alat guna mencapai tujuan; alat itu yang kemudian dinamai manajemen. Dari penjelasan di atas bahwa manajemen adalah merupakan alat yang diintegrasikan dan penerapannya dengan menggunakan pendekatan analisis ilmu untuk mengatur sesuai dengan profesinya melalui yang dikembangkan disiplin ilmu.
Manajemen sering di artikan sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistimatis berusaha memahami mengapa dan bagaimana bekerja sama, melalui cara-cara dengan mengatur dan menjalankan tugas sebagai keahlian khusus dalam mencapai tujuan. Dalam proses manajemen ada beberapa fungsi yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controling). Dengan demikian manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala asoeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan manajmen pada mulanya belum dapat dikatakan sebagai ilmu, karena teori harus terdiri dari konsep-konsep yang sistimatis dapat menjelaskan, meramalkan dan memprediksikan apa yang akan terjadi dan membuktikan prediksi itu berdasarkan penelitian (Research). Luther Gulick (1965) dalam Fattah bahwa manajemen dapat memnuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Perjalanan suatu ilmu dan teori-teori dalam manajemen ada beberapa pengujian dengan pengalaman-pengalaman. Munculnya evolusi konsep, ide, pemikiran dalam manajemen pada 5000 tahun SM. Dibuktikan dengan adanya catatan dan tulisan untuk perdagangan dan pemerintahan. Pemanfaatan komunikasi efektif dan pengendalian yang terpusat untuk efektivitas dan efesiensi terjadi pada 300 SM – 300 Masehi. Kemudian Henry Fayol (1841-1925) mengemukakan pentingnya administrasi, Follet (1868-1933) dengan perilaku dinamikanya, Mac Weber dengan birokrasinya, Elton Mayo, Maslow, Mc. Gregor, dan Chris Argyis dengan studi perilakunya.
Manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through people). Follet, 1868-1933). Manajemen sebagai suatu seni mrmbutuhksn tiga undur, yaitu; pandangan, pengetahuan teknis, dan komunikasi (Hendry M. Botinger).
Kerangka dasar manajemen pendidikan meliputi; Philosopy, Asumtions, principle, and theory, which are basic to the study of any discipline of management (Shrode Dan Voich, 1986). Secara sederhana bahwa falsafah merupakan pandangan atau persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan cara berfikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawab manajer.
Falsafah seorang manajer dapat dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seorang manajer sautu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh sebab itu falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen yang merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer.
Sumber-sumber Daya
1. Manusia
2. Sarana
3. Biaya
4. Teknologi
5. Informas

Manajemen sebagai
(Ilmu, Kiat/Seni dan Profesi)
Kerangka Konsep Dasar Manajemen
Mutu
Efisiensi
Relefansi
Dan Kreativitas

Praktik Manajemen
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pemimpin (Leading)
4. Pengawasan (Controling)
Prinsip-prinsip Manajemen
(MBO, MBP, MBI, MIS)

Teori-teori Manajemen
(Teori klasik, neoklasik, modern)

Falsafah Manajemen
(Hakekat, Tujuan, orang, Kerja)

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

A. Rasional
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya operasi bilangan dalam matematika; atau membaca dan menulis dalam pelajaran bahasa. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik
B. Konsep Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgmentatautindakan.•Penilaianuntukmenentukankualitas•Pengukuranuntukmenetukankuantitas (apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/evaluasi-pembelajaran.html - 22k)
Yang dimaksud dengan evaluasi proses pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan respon dari mahasiswa dan dosen tentang penilaian proses pembelajaran serta analisisnya, sebagai dasar langkah-langkah perbaikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. (http://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dan dijelaskan lagi dari beberapa definisi evaluasi sebagai berikut :
Evaluasi adalah : suatu proses menjelaskan, memperoleh dan menyediakan data yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Baik pengukuran maupun penilaian sangat esensial bagi pengambilan keputusan pendidik.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh guru.
Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh pemarintah mapun oleh sekolah. Maka langkah selanjutnya untuk memberikan nilai pada hasil kerja siswa melalui proses pembelajaran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jenis dan bentuk evaluasi itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk mengetahui nilai yang dicapai dari hasil pembelajaran.
Hal ini beberapa definisi tentang pengukuran yang dikemukakan oleh para pakar bahwa Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang,tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengukuran adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar, misalnya pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. penilaian (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Beberapa penilaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai
2. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
3. Penilaian adalah penggunaan teknik penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah kegiatan pengukuran untuk mendapatkan suatu informasi tentang keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai cara penilaian.
Dalam meningkatkan kualitas mutu pembelajaran peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung melalui penilaian maka hasil yang diharapkan melalui outpur proses dengan melihat prestasi belajar siswa. Hal ini dapat ditelaah beberapa pendapat dari para pakar diantaranya: Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2 memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Dan Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Diperjelas oleh Nasution, (1996:17) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Demikian juga Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. hasil belajar (achievement) dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari para pendapat merkenaan pengertian di atas bahwa, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gannguan neurologist Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd ( 1985 : 14 ) : Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan , berpikir , berbicara, membaca, menulis, mengeja , atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Bagaimana pendapat anda ? Apakah anda setuju dengan penjelasan di atas tadi ? Sekarang coba bandingkan dengan defenisi dari The National Joint Committee for Learning disabilitis ( NJCLDN ) :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsic dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat.Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu ( misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional ) atau berbagai pengaruh lingkingan ( misalnya perbedaan budaya , pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik ), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Semakin jelas bukan ? Kalau kita bertanya kepada teman sesama guru , jarang kita dengar teman guru menganalisa kepada diri sendiri, selalu anak yang menjadi topic sentral masalah. Banyak penyebabnya siswa kesulitan belajar, faktornya banyak,. Kita coba belajar ke arah tersebut tahap demi tahap, dengan cara keseluruhan dapat kita implementasikan untuk tugas kita sebagai guru.
Yovan P.Putra ( 2008 : 55 ) menjelaskan : Adalah sangat penting bagi pengajar untuk menciptakan atmosfer di mana kesalahan dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses belajar dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, tanpa memberikan stigma sebagai seorang yang gagal.Kegagalan sebenarnya hanyalah konsep pikiran sadar yang mengarah pada kesadaran pribadi untuk menarik diri dari situasi yang beresiko.
Hal ini dapat diartikan sebagai pengurangan frekwensi pengujian ( yang memberikan efek tekanan mental ) atau pun kompetisi.Sebaliknya , lebih memfokuskan pada pembelajaran, eksprimen, atau bermain sambil belajar.Para penagajar akan lebih baik jika memfokuskan perhatian pada berbagai keberhasilan, peningkatan atau berbagai hal, baik yang dilakukan individu dibandingkan mencari berbagai kesalahan.
2. Perkiraan Prevalensi Kesuliatan Anak Belajar.
Prevalensi adalah persentase jumlah anak kesulitan belajar terhadap kelompok seusiannya . Hallahan, Kauffman & Lloyd ( 1985 : 15 ) mengatakan 1% sampai 30%, Lovitt ( 1989 : 17 ) mengatakan 2% sampai 30%, dan penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 siswa dari Kelas Satu sampai Kelas Enam SD DKI Jakarta terdapat prevalensi 16,52%.
Kita lihat angka prevalensi tersebut sebenarnya kecil, artinya bila ditangani sungguh-sungguh dengan kerjasama yang baik antar guru, kita punya bahasa yang satu , yakin anak yang mengalami kesulitan belajar pasti tertangani dengan serius dan baik, sumpah mati anak pasti merasa diperhatikan, dan anak merasa senang.
3. Klasifikasi kesulitan Anak Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan secara garis besar kesuliatan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yakni :
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Hal ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, dan dalam penyesuaian sosial.
b. Kesulitan belajar akademik .Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.
Kadang kala dua faktor di atas sulit juga kita mengukurnya, ada anak dalam motorik terganggu tetapi akademiknya berhasil, atau sebaliknya. Hal tersebut membuat kita semakin jelas mengetahui klasifikasinya .
Dilanjutkan lagi Dr.Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan :Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif , taktil, visual, dan koinestetik yang mengenai manusia setiap saat. Ross ( 1976 : 60 ) menjelaskan :Perhatian selektif membantu manusia jumlah rangsangan yang perlu diproses pada suatu waktu tertentu. Jika seorang akan memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang tertanggu perhatiannya. Kesulitan belajar banyak disebabkan oleh gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.
4. Penyebab Kesulitan Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman mengatakan : Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor Yakni : Internal dan Eksternal. Faktor Internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis , sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi faktor neurologis yakni :a. Faktor genetic
b. Luka pada otak ( kekurangan Oksigen )
c. Faktor Biokimia
d. Pencemaran Lingkungan
e. Gizi yang tidak memadai ( Nutrisi )
f. Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan anak.
D. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Diagnosis merupakan proses mengidentifikasi siswa dalam menelaah kesulitan dari proses kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan, yaitu (1) identifikasi hasil belajar yang belum dicapai oleh siswa, (2) identifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum mencapai hasil belajar yang telah sitentukan. Guru mengetahui tujuan pembelajaran (indicator) yang belum dikuasai oleh siswa, guru dengan mudah mengadakan remedial yang terkonsentrasi pada hal-hal yang belum dikuasai. Yang berkaitan dengan pengembangan demi kepentingan test di kelas, guru telah menggunakan berbagai pendekatan untuk mengdiagnosis kesulitan belajar siswa. Pendekatan ini akan berbeda cara penanganannya antara yang satu dengan yang lain bergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Beberapa pendekatan dalam mengdiagnosis siswa adalah:
a. Pendekatan profil materi, tujuan untuk mengdiagnosis kesulitan dalam profil penguasaan materi, dengan membandingkan penguasaan siswa yang satu dengan siswa lain terhadap satu kompetensi dasar tertentu
b. Pendekatan prasyarat pengetahuan, digunakan untuk menditeksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar tertentu
c. Pendekatan pencapaian indicator, digunakan untuk mengdiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai indokator tertentu atau indicator pencapaian hasil belajar tertentu
d. Pendekatan kesalahan konsep, digunakan untuk mengdianosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep.
e. Pendekatan pengetahuan tersetruktur, untuk mengdiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang terstruktur.
2. Tahapan penyusunan tes diagnosis
Penentuan tujuan tes, guru mempunyai tujuan
3. sad


E. Kesimpulan

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN

A. Rasional
Dalam kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran mandiri selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya operasi bilangan dalam matematika; atau membaca dan menulis dalam pelajaran bahasa. Agar peserta didik dapat memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pemberian pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik
B. Konsep Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgmentatautindakan.•Penilaianuntukmenentukankualitas•Pengukuranuntukmenetukankuantitas (apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/evaluasi-pembelajaran.html - 22k)
Yang dimaksud dengan evaluasi proses pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan respon dari mahasiswa dan dosen tentang penilaian proses pembelajaran serta analisisnya, sebagai dasar langkah-langkah perbaikan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. (math04-uinmks.blogspot.com/2008/02/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html - 82k –)
Evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. (blog.persimpangan.com/blog/2007/08/14/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/ - 116k –
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. (http://www.apfi-pppsi.com/cadence21/pedagog21-3.htm)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dan dijelaskan lagi dari beberapa definisi evaluasi sebagai berikut :
Evaluasi adalah : suatu proses menjelaskan, memperoleh dan menyediakan data yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Baik pengukuran maupun penilaian sangat esensial bagi pengambilan keputusan pendidik.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh guru.
Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan baik oleh pemarintah mapun oleh sekolah. Maka langkah selanjutnya untuk memberikan nilai pada hasil kerja siswa melalui proses pembelajaran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jenis dan bentuk evaluasi itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk mengetahui nilai yang dicapai dari hasil pembelajaran.
Hal ini beberapa definisi tentang pengukuran yang dikemukakan oleh para pakar bahwa Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang,tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengukuran adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar, misalnya pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. penilaian (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Beberapa penilaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai
2. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
3. Penilaian adalah penggunaan teknik penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah kegiatan pengukuran untuk mendapatkan suatu informasi tentang keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai cara penilaian.
Dalam meningkatkan kualitas mutu pembelajaran peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung melalui penilaian maka hasil yang diharapkan melalui outpur proses dengan melihat prestasi belajar siswa. Hal ini dapat ditelaah beberapa pendapat dari para pakar diantaranya: Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2 memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Dan Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Diperjelas oleh Nasution, (1996:17) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Demikian juga Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. hasil belajar (achievement) dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari para pendapat merkenaan pengertian di atas bahwa, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gannguan neurologist Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd ( 1985 : 14 ) : Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan , berpikir , berbicara, membaca, menulis, mengeja , atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Bagaimana pendapat anda ? Apakah anda setuju dengan penjelasan di atas tadi ? Sekarang coba bandingkan dengan defenisi dari The National Joint Committee for Learning disabilitis ( NJCLDN ) :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsic dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat.Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu ( misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional ) atau berbagai pengaruh lingkingan ( misalnya perbedaan budaya , pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik ), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Semakin jelas bukan ? Kalau kita bertanya kepada teman sesama guru , jarang kita dengar teman guru menganalisa kepada diri sendiri, selalu anak yang menjadi topic sentral masalah. Banyak penyebabnya siswa kesulitan belajar, faktornya banyak,. Kita coba belajar ke arah tersebut tahap demi tahap, dengan cara keseluruhan dapat kita implementasikan untuk tugas kita sebagai guru.
Yovan P.Putra ( 2008 : 55 ) menjelaskan : Adalah sangat penting bagi pengajar untuk menciptakan atmosfer di mana kesalahan dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses belajar dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, tanpa memberikan stigma sebagai seorang yang gagal.Kegagalan sebenarnya hanyalah konsep pikiran sadar yang mengarah pada kesadaran pribadi untuk menarik diri dari situasi yang beresiko.
Hal ini dapat diartikan sebagai pengurangan frekwensi pengujian ( yang memberikan efek tekanan mental ) atau pun kompetisi.Sebaliknya , lebih memfokuskan pada pembelajaran, eksprimen, atau bermain sambil belajar.Para penagajar akan lebih baik jika memfokuskan perhatian pada berbagai keberhasilan, peningkatan atau berbagai hal, baik yang dilakukan individu dibandingkan mencari berbagai kesalahan.
2. Perkiraan Prevalensi Kesuliatan Anak Belajar.
Prevalensi adalah persentase jumlah anak kesulitan belajar terhadap kelompok seusiannya . Hallahan, Kauffman & Lloyd ( 1985 : 15 ) mengatakan 1% sampai 30%, Lovitt ( 1989 : 17 ) mengatakan 2% sampai 30%, dan penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 siswa dari Kelas Satu sampai Kelas Enam SD DKI Jakarta terdapat prevalensi 16,52%.
Kita lihat angka prevalensi tersebut sebenarnya kecil, artinya bila ditangani sungguh-sungguh dengan kerjasama yang baik antar guru, kita punya bahasa yang satu , yakin anak yang mengalami kesulitan belajar pasti tertangani dengan serius dan baik, sumpah mati anak pasti merasa diperhatikan, dan anak merasa senang.
3. Klasifikasi kesulitan Anak Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan secara garis besar kesuliatan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yakni :
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Hal ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, dan dalam penyesuaian sosial.
b. Kesulitan belajar akademik .Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.
Kadang kala dua faktor di atas sulit juga kita mengukurnya, ada anak dalam motorik terganggu tetapi akademiknya berhasil, atau sebaliknya. Hal tersebut membuat kita semakin jelas mengetahui klasifikasinya .
Dilanjutkan lagi Dr.Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) mengatakan :Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu di antara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif , taktil, visual, dan koinestetik yang mengenai manusia setiap saat. Ross ( 1976 : 60 ) menjelaskan :Perhatian selektif membantu manusia jumlah rangsangan yang perlu diproses pada suatu waktu tertentu. Jika seorang akan memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang tertanggu perhatiannya. Kesulitan belajar banyak disebabkan oleh gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.
4. Penyebab Kesulitan Belajar.
Dr. Mulyono Abdurrahman mengatakan : Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor Yakni : Internal dan Eksternal. Faktor Internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis , sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi faktor neurologis yakni :a. Faktor genetic
b. Luka pada otak ( kekurangan Oksigen )
c. Faktor Biokimia
d. Pencemaran Lingkungan
e. Gizi yang tidak memadai ( Nutrisi )
f. Pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan anak.
D. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian
Diagnosis merupakan proses mengidentifikasi siswa dalam menelaah kesulitan dari proses kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan, yaitu (1) identifikasi hasil belajar yang belum dicapai oleh siswa, (2) identifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum mencapai hasil belajar yang telah sitentukan. Guru mengetahui tujuan pembelajaran (indicator) yang belum dikuasai oleh siswa, guru dengan mudah mengadakan remedial yang terkonsentrasi pada hal-hal yang belum dikuasai. Yang berkaitan dengan pengembangan demi kepentingan test di kelas, guru telah menggunakan berbagai pendekatan untuk mengdiagnosis kesulitan belajar siswa. Pendekatan ini akan berbeda cara penanganannya antara yang satu dengan yang lain bergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Beberapa pendekatan dalam mengdiagnosis siswa adalah:
a. Pendekatan profil materi, tujuan untuk mengdiagnosis kesulitan dalam profil penguasaan materi, dengan membandingkan penguasaan siswa yang satu dengan siswa lain terhadap satu kompetensi dasar tertentu
b. Pendekatan prasyarat pengetahuan, digunakan untuk menditeksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat dalam satu kompetensi dasar tertentu
c. Pendekatan pencapaian indicator, digunakan untuk mengdiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai indokator tertentu atau indicator pencapaian hasil belajar tertentu
d. Pendekatan kesalahan konsep, digunakan untuk mengdianosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep.
e. Pendekatan pengetahuan tersetruktur, untuk mengdiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang terstruktur.
2. Tahapan penyusunan tes diagnosis
Penentuan tujuan tes, guru mempunyai tujuan
3. sad


E. Kesimpulan

LANDASAN PENDIDIKAN

TELAAHAN LANDASAN PENDIDIKAN
SAEPUL MA’MUN *)



Pendahuluan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupaka rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.Landasan Kependidikan marupakan salah satu buku berbahasa Indonesia yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Buku ini berusaha memuat materi pendidikan yang relatif lengkap sesuai dengan konsep dan praktek kehidupan, sehinga bisa digunakan bagi para pendidik sehari-hari. Selanjutnya pada pembahasan buku ini bisa dijadikan rujukan untuk menegenal konsep pendidikan yang bercorak Indonesia, suatu ilmu yang bercorak (khas) guna mengembangkan manusia Indoensia yang memiliki kebudayaan geografi, serta cita-cita tersendiri, melalui penelitian-penelitian yang berkesinambungan.
Ada tujuh prinsip yang dikemukakan dalam buku ini, yaitu landasan hukum, filsafat, sejarah, sosial budaya, psikologi, ekonomi, dan profesionalisme pendidikan. Masing-masing landasan dibahas isinya dan dampak konsep pendidikan yang bersumber dari landasan tersebut.Landasan hukum pendidikan diantaranya adalah menurut UUD 1945, UU RI. Nomor 22 Tahun 2003 tentang pendidikan Nasional, dan beberapa Peraturan Pemerintah nomor 19 2005. Landasan hukum yang membahas perundang-undangan di Indonesia memberikan konsep, pendidikan harus bersumber pada akar kebudayaan nasional.Landasan filsafat, bangsa Indonesia mempunyai filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila. Sebagai filsafat negara, Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada semua bidang, dan mewarnai segala segi kehidupan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah pengembangan afeksi dari filsafat negara, sepatutnya dibina dan dikemnbangkan oleh satu tim dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.Landasan sejarah, pada landasan sejarah ini diuraikan sejarah pendidikan dunia, Indonesia pada masa perjuangan dan masa pembangunan memberikan konsep pendidikan antara lain, pendidikan dewasa ini harus berintikan pengembangan ilmu dan teknologi. Inovasi pendidikan harus bersumber pada penelitian-penelitian pendidikan di Indonesia sehingga sesuai dengan akar budaya nasional dan bukan mengadopsi konsep pendidikan asing serta tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah diwujudkan secara nyata. Budaya nasional harus dikembangkan sehingga tidak ditelan oleh budaya global dengan cara mempertontonkan nilai-nilai budaya asing yang negatif pada penayangan televisi dan internet.
Landasan sosial budaya, pada bagian ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan sosiologi, budaya masyarakat Indonesia yang dikaitkan dengan konsep pendidikan. Bahwa hubungan lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan lembaga pendidikan seharusnya sebagai agen penunjang pendidikan. Kebudayaan nasional juga seharusnya menjadi filter terhadap budaya asing yang negatif dan juga sebagai cerminan pendidikan Indonesia. Adanya kemungkinan pergeseran pardigma pendidikan dari sekolah ke masyarakat luas. Ujian negara perlu diubah menjadi ujian sekolah seiring dengan pergeseran sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi sehingga tujuan pendidikan nasional lebih mudah diwujudkan.
Landasan psikologi pembahasannya mencakup psikologi perkembangan, belajar, sosial, kesiapan belajar, dan aspek-aspek inividu melahirkan konsep sebagai berikut; teori belajar disiplin mental untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori Naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup (long life udecation), teori belajar Behaviorieme untuk membentuk perilaku nyata dan teori belajar kognitif untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Pengembangan individu harus dikembangkan dan dimotivasi agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi sehinga menjadikan manusia berkembang seutuhnya.Landasan ekonomi yang membahas peran ekonomi, fungsi, peranam produksi, dan efektifitas biaya pendidikan. Ekonomi bukan berperan utama dalam pendidikan, akan tetapi merupakan salah satu yang cukup berperan dalam pendidikan. Faktor yang paling menentukan dalam pendidikan adalah dedikasi (loyalitas), keahlian, dan ketrampilan pengelola dan pendidik.tiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sepatutnya mampu menutupi kebutuhan sekolah masing-masing dan tidak harus bergantung pada pemerintah. Manajemen sekolah mulai dari tingkat siswa, guru, dan pengurusnya sepatutnya mengetahui peran dan tugasnya masing-masing.Kemudian pada pembahasan profesionalisme pendidik yang merupakan sebuah tuntutan melahirkan konsep seperti profesi pendidik, kode etik pendidik, pengembangan dan organisasi profesi, dan penyelenggaran pendidikan.
Pengertian pendidikan yang lebih khas ialah membuat kesempatan dalam pengajaran dengan situasi yang kondusif sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi diri, minat dan bakatnya secara optimal dalam rangka mencapi tujuan pendidikan. Dengan pengertian ini hanya pendidik profesional yang dapat mendidik. Perilaku mendidik yang perlu dikembangkan antara lain adalah sebagai mitra peserta didik, disiplin permisif, berdialog dengan pikiran kritis, melakukan dialektika budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern, memberikan kesempatan kreatif, berproduksi, dan berperilaku sehari-hari yang positif terhadap peserta didik. Manajer pendidikan perlu profesional dalam bidangnya sebab manajemen pendidikan tidaklah sama dengan manajemen bisnis atau pemerintaha. Manajemen pendidikan perlu banyak strategi, metode, dan kiat sebab akhirnya akan menadikan keberhasilan terhadap peserta didik.
google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, google_render_ad);
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang sudah barang tentu dalam menjalankan kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya adalah adanya kurikulum.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
(1) Filosofis;(2) Psikologis;(3) Sosial-budaya;(4) Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Berikut adalah sedikit uraiannya:
Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach
Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran pendidikan rekonstruksionisme Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg
Fokus dalam aliran pendidikan Rekonstruksionisme adalah berikut ini.
a. Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan
b. .Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist
c. Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.
d. Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
e. Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
f. Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu :
a. psikologi perkembangan dan
b. psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.


3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang, Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Masing-masing aliran pendidikan memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus mempelajari semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu sistem pendidikan atau pola pembelajaran yang baik.

























Daftar Pustaka



Admin, 2006. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Situs informasi Indonesia Serba serbi Dunia Pendidikan, http://edu-articel.com/
Hidayanto, D.N, 2000. Diktat Landasan Pendidikan, Untuk Mahasiswa, Guru dan Praktisi Pendidikan, Forum Komunikasi Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda
Pasti, Y. Priyono, 2007, Menuju Pendidikan Demokratis Humanistik, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/23/Didaktika/1916660.htm
Gunarto, H, 2004. Mengusung Pendidikan Humanistik,http://www.freelists.org/archives/ppi/05-2004/msg00284.htmlO’neil, F. William, 2001. Ideoligi-Ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tjaya, Thomas Hidya, 2004. Mencari Orientasi Pendidikan,cetak/0402/04/Bentara/824931.htm
Akhmad Sudrajat, 2006, Landasan Pendidikan,http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/Filosofis Pendidikan http://pakguruonline.pendidikan.n
Made Pidarta, 2009, Landasan Ilmu Pendidikan